Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong mengakui tingginya harga daging sapi di pasaran karena pemerintah terlambat melakukan pengadaan daging sapi. Dalam kunjungannya ke Pasar Induk Kramat Jati, harga daging sapi telah mencapai Rp 120 ribu per kg.
Thomas mengatakan, pengadaan daging sapi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun lalu atau Desember 2015. Namun, dalam realisasi terlambat sehingga mengerek harga daging sapi di pasaran.
"Jadi memang diakui khusus daging sapi kami agak telat dan lengah dalam pelaksanaan. Perencanaan sudah dari tahun lalu di rakor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Desember lalu. Sudah dihitung dan sudah diputuskan. Namun dalam pelaksanaannya kami lengah dan telat untuk mengadakan stok. Karena daging sapi itu perlu persiapan panjang beberapa bulan jadi tidak bisa mendadak," kata dia di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Jumat (10/6/2016).
Baca Juga
Karena itu, dia menuturkan pemerintah sekarang ini mempercepat pengadaan daging sapi. Pengadaan tersebut dengan memperbanyak pasokan dari lokal maupun dengan impor.
"Kita harus tambah stok terus, kita harus all out untuk tambah stok dari lokal maupun impor untuk memastikan pasok memadai dan akan tambah terus sampai harga redam," ujar dia.
Selain pasokan, dia mengatakan tingginya harga daging sapi disebabkan oleh panjangnya rantai distribusi. Semakin panjang rantai distribusi semakin banyak ongkos yang dikeluarkan, sehingga harga daging di pasaran semakin tinggi.
Bukan hanya itu, Thomas menyebut tingginya harga daging sapi juga dipengaruhi sikap masyarakat yang cenderung memilih komoditas pangan segar.
‎"Seperti kekakuan masyarakat ngotot harus daging segar dan tidak mau daging beku. Atau harus bawang Brebes dan enggak mau bawang yang lain. Itu sebenernya tidak rasional. Jadi itulah PR kami. Rantai pasok dan konsumen cerdas supaya bisa menciptakan pasar yang rasional dan efisien," ujar dia. (Amd/Ahm)