5 Mitos Salah soal Kepemimpinan

Banyak mitos yang salah tentang leadership atau kepemimpinan. Apa saja?

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 19 Jul 2016, 06:01 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2016, 06:01 WIB
5 Mitos Salah soal Kepemimpinan
5 Mitos Salah soal Kepemimpinan

Liputan6.com, Jakarta - Banyak mitos yang salah tentang leadership atau kepemimpinan. Memang ilmu atau pelajaran tentang kepemimpinan bisa dibilang minim di bangku sekolah. Padahal kepemimpinan menjadi salah satu faktor penting penentu kesuksesan dalam berkarier maupun berkeluarga.

Sangat penting bagi siapapun juga, profesional yang sedang meniti karier di level apapun, untuk dapat memahami dan menerapkan kepemimpinan yang baik. Sayangnya, banyak mitos yang salah tentang leadership. Apa saja mitos tersebut?

Berikut 5 mitos yang salah tentang leadership yang perlu Anda ketahui:

1. Leadership bukan dibentuk tapi dilahirkan

Karakteristik pemimpin tidak bersifat genetis. Tidak ada orang yang ketika lahir serta-merta dikaruniai gen pemimpin. Presiden Jokowi bukan semata ditakdirkan menjadi pemimpin. Meski lahir dari sebuah keluarga sederhana, ketika masa kanak-kanak, Jokowi sudah merasakan pahitnya menjadi korban gusur.

Jokowi sudah diajarkan arti berjuang sejak kecil. Begitu juga dengan talenta di dunia musik. Meski ada sebagian besar musisi ternama yang lahir dari orang tua yang juga seorang musisi, namun jika bakat bermusik tidak dilatih sejak kecil, tidak mungkin seseorang akan berhasil di bidang tersebut.

Begitu juga dengan seseorang yang tidak memiliki darah musisi dalam gennya, jika dia berlatih dengan tekun dan konsisten, bisa saja dia berhasil dalam bermusik. Leadership bisa dipelajari!

2. Leadership adalah ilmu yang sulit dan langka

Bukan sulit atau langka, leadership hanya jarang diajarkan. Dengan semakin terjebaknya orang tua dalam pekerjaan, semakin jarang pula anak-anak mendapatkan contoh apalagi arahan tentang kepemimpinan yang baik.

Padahal keluarga adalah lingkup terkecil yang paling tepat untuk memperkenalkan prinsip dasar kepemimpinan pada anak-anak dan generasi penerus bangsa.

Pemimpin di atas


3. Pemimpin hanya ada di atas

Sebagian orang berpikir bahwa yang harus memiliki sifat pemimpin hanya orang-orang yang ada di atas atau di pucuk pimpinan sebuah organisasi. Hanya bos-bos saja yang bisa atau boleh memiliki karakteristik seorang pemimpin. Hal ini tidak benar.

Menjadi pemimpin tidak sama dengan menjadi bos. Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan dan memotivasi karyawan, bukan soal posisi atau titel.

Sekalipun bertitel direktur, jika seseorang tidak dapat menjalankan arahannya, dia bukan seorang pemimpin yang baik. Ya, dia seorang direktur, tapi bukan pemimpin.

4. Semua pemimpin pasti berkharisma tinggi

‘Kharisma’ adalah kemampuan seseorang bersosialisasi dengan baik dan santun dengan orang-orang di sekitarnya, sehingga orang tersebut mendapatkan rekognisi dan dihormati. Kharisma membuat seseorang dikenal dan membuka pintu kesempatan.

Namun, kharisma saja tidak cukup untuk menjadikan Anda seorang pemimpin sejati. Anda membutuhkan kredibilitas. Ibaratnya, kharisma akan membukakan pintu, namun kredibilitas lah yang akan membuat Anda disegani.

Manipulasi

5. Dibutuhkan manipulasi untuk memimpin

Contoh manipulasi misal bos Anda mengatakan, “Kamu akan saya naikkan jadi manajer kalau penjualan naik 200%,” lalu setelah Anda berhasil menaikkan penjualan menjadi 200%, bos Anda mengatakan, “Gini ya… ternyata saya ada arahan dari direksi, kamu masih belum pantas jadi manajer.”

Pemimpin yang baik seharusnya tidak memanipulasi, tapi memotivasi, yakni memberi nilai yang mampu dan pasti menggerakkan kepentingan semua pihak.

Itulah lima mitos yang salah dari pemahaman soal kepemimpinan. Mendalami kepemimpinan jelas akan membantu Anda dalam berkarier.

Banyak sekali teori kepemimpinan yang dapat Anda jadikan referensi, salah satunya ajaran John C. Maxwell. Dalam salah satu bukunya yang berjudul The 21 Irrefutable Laws of Leadership, ada 21 pokok bahasan inti ilmu kepemimpinan.

Dua di antaranya:

The Law of Influence

“Menilai seorang pemimpin sejati adalah dari kemampuannya dalam menggerakkan dan mempengaruhi orang lain. Tidak lebih, tidak kurang.”

Seseorang yang tidak memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain, tidak akan bisa memimpin orang lain. Kepemimpinan sejati tidak bisa ditunjuk atau ditugaskan. Sekali lagi, seorang direktur bisa ditunjuk, namun seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan timnya.

Kepemimpinan perlu diperjuangkan, bukan sesuatu yang jatuh dari langit. Titel mentereng seperti direktur, general manager, vice president, hanya bisa membeli waktu. Maksudnya, saat Anda mulai menjabat, anak buah memang akan mendengarkan Anda karena Anda adalah atasan mereka.

Namun beberapa saat kemudian, tanpa leadership yang baik, dalam waktu singkat Anda akan menjadi atasan tanpa anak buah yang mengikuti.

Bagaimana cara menggerakkan tim Anda? Seperti di atas; dengan motivasi, bukan manipulasi.

The Law of Process

“Kepemimpinan Itu dibentuk setiap hari, bukan dalam satu hari”.

Menjadi seorang pemimpin ibaratnya melakukan investasi di pasar saham; jangan berharap bisa kaya dalam satu hari. Seperti saat duduk di bangku perguruan tinggi, kelulusan dan ijazah tidak Anda terima dalam satu atau dua hari, namun tiga sampai empat tahun.

Sebagai pemimpin yang baik, Anda harus percaya the law of process; tidak ada yang instan, semua harus dipelajari. Dalam sebuah studi terhadap 90 pemimpin terbaik, kemampuan untuk mengembangkan dan meningkatkan talenta berorganisasi dan memimpin menjadi garis pemisah yang jelas antara pemimpin dan pengikut.

Pemimpin sejati tidak pernah berhenti belajar, bahkan seumur hidup. Ketika mantan presiden ke-26 Amerika Serikat Theodore Roosevelt meninggal dunia tahun 1919, ditemukan buku pengetahuan di samping tempat tidurnya. Sampai akhir hayatnya, Theodore masih terus belajar.

(Ndw/Nrm)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya