Liputan6.com, Chicago - Harga emas tertekan pada perdagangan di awal pekan ini didorong ada harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserves pada tahun ini.
The Federal Reserves akan mengadakan pertemuan, dan berakhir pada Rabu pekan ini. Diharapkan tidak ada kebijakan moneter baru dalam pertemuan tersebut.
Harga emas untuk pengiriman Agustus turun 0,30 persen atau US$ 3,9 menjadi US$ 1.319,50 per ounce. Sedangkan harga perak untuk pengiriman September turun 0,2 persen atau 4,2 sen menjadi US$ 19.647 per ounce.
"Perkembangan paling penting untuk sepekan ketika bank sentral AS mengeluarkan pernyataan kebijakan pada Rabu. Investor akan tertarik ingin melihat apa yang bank sentral katakan tentang Brexit, dan pegangan apa yang akan menjadi penentu langkah the Fed selanjutnya," ujar Edward Meir Konsultan Independen INTL FCStone, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (26/7/2016).
Baca Juga
Seperti diketahui, kenaikan suku bunga riil menurunkan kesempatan untuk memegang emas. Lantaran hal itu membuat emas tak menjadi menarik sehingga membuat investor memutar asetnya ke investasi berisiko seperti saham.
Dalam catatan Analis XTB David Cheetam menyebutkan kalau laporan data kerja yang menguat pada Juni 2016, yang juga diikuti oleh data lainnya mendukung kebijakan moneter di AS.
Sementara itu, indeks dolar AS sedikit lebih rendah diperdagangkan. Adapun dolar AS yang menguat dapat menekan harga komoditas.
Selain itu, bursa saham AS tertekan juga memberikan dukungan untuk harga emas. Namun saat ini, menurut Julian Philips pendiri GoldForecaster kalau permintaan fisik emas di AS menjadi pendorong harga emas.
"Dengan resesi mendekat Inggris, dan krisis bank maka kami melihat sentimen lebih banyak untuk mempertahankan kepemilikan emas dan membeli lebih banyak," kata Philips. (Ahm/Ndw)
Advertisement