Liputan6.com, Jakarta - Era digital membawa dampak dan perubahan besar dalam perdagangan dunia pada masa depan. Pada 2015, nilai ekonomi digital telah mencapai US$ 3,5 triliun atau menyumbang 4 persen dari Gross Domestic Product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) dunia.
Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan Deny Kurnia nilai ekonomi digital ini meningkat dua kali lipat dibandingkan 2008 yang baru mencapai 2 persen dari GDP dunia. Pertumbuhan untuk lima tahun ke depan diperkirakan sebesar 11 persen per tahun.
"Perdagangan digital merupakan bagian dari revolusi digital yang akan membawa dampak yang sangat luas bagi seluruh dunia," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (27/8/2016).
Advertisement
Deny mengatakan, sebanyak 1,8 miliar jiwa penduduk di negara-negara Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) telah bertransaksi online pada akhir 2015.
Jumlah itu sebanding 65 persen penduduk APEC yang berjumlah 2,85 miliar jiwa. Jasa online yang mempunyai pasar sebesar US$ 1,6 triliun diperkirakan akan tumbuh 13 persen per tahun sampai 2020. Sebanyak dua pertiga nilai tersebut berasal dari e-retail dan e-travel.
Baca Juga
Dia menuturkan, dalam era perdagangan digital para mitra dagang Indonesia akan makin menuntut pemberlakuan prinsip keterbukaan dan non-discrimination dalam lalu lintas data secara global.
Para pembuat kebijakan dituntut untuk sepenuhnya memfasilitasi transaksi perdagangan digital dengan memberikan kerangka regulasi yang paling kondusif agar tidak menghambat laju pertumbuhannya, termasuk tidak menyebabkan terjadinya 'Balkanisasi' atau pengkotakan data.
Catatan lembaga think tank APEC Policy Support Unit (PSU) menunjukkan terdapat 5 (lima) aspek ekonomi digital, yaitu content rights, online services, enabling technology and services, connectivity, dan user interface.
Deny menyatakan, Indonesia dipandang sebagai salah satu kawasan yang sangat penting dalam peta ekonomi digital dunia. Indonesia dijuluki Ibukota Twitter karena memiliki pengguna Twitter paling aktif di dunia. Indonesia menjadi salah satu pasar besar industri internet yang diakui dunia.
"Penggunaan aplikasi seperti Gojek, Doku, dan Blanja menjadi populer di Indonesia. Ini membuka peluang-peluang baru yang tidak terpikirkan sebelumnya dan menjembatani kepentingan berbagai pihak yang mencakup produsen, konsumen dan pasar. Jelas itu menunjukkan pentingnya pasar Indonesia di era perdagangan digital," ungkap dia.
Karena itu, Deny berpandangan, perlunya aksi untuk mendorong pengembangan industri digital nasional termasuk aplikasi lokal dan sejenisnya. Pengembangan kerangka kebijakan yang terpadu dan mumpuni serta program pendidikan dan pelatihan yang terbaik untuk mencetak generasi yang cerdas memanfaatkan peluang bisnis era digital juga dibutuhkan. Diharapkan, Indonesia mampu selangkah lebih maju dari negara lain. (Dny/Ahm)