Liputan6.com, New York - Harga emas berakhir di turun pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penurunan harga emas ini karena para pelaku pasar lebih memilih menunggu kepastian dari hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS).
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (9/11/2016), harga emas untuk pengiriman Desember turun 0,3 persen ke level US$ 1.275,90 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Penurunan harga emas pada perdagangan Selasa ini mengikuti penurunan harga emas pada perdagangan sehari sebelumnya. Kemarin, harga emas turun setelah FBI menyatakan bahwa Calon Presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton tidak akan mendapat hukuman terkait menggunakan email pribadi untuk urusan negara.
Advertisement
Baca Juga
"Saya pikir keadaan tersebut membuat harga emas sedikit lebih tenang. Saat ini kami hanya menunggu hasil dari Pilpres AS," jelas Analis Komoditas Julius Baer, Carsten Menke.
Di antara dua kandidat yang maju yaitu Hillary Clinton dari Demokrat dan Donald Trump dari Republik, sebagian besar investor berharap Clinton yang akan menang.
Namun, pelaku pasar tidak ingin terlalu berharap. Investor tidak ingin kejadian Brexit terulang kembali. Saat itu, pelaku pasar sangat yakin bahwa Inggris tidak akan keluar dari Uni Eropa.
Pada kenyataannya hasil jajak pendapat menyatakan bahwa masyarakat Inggris memilih untuk tidak lagi bersama Uni Eropa. Kali ini juga, pelaku pasar tidak terlalu berharap bahwa Trump tidak akan duduk di Gedung Putih.
"Jika Trump menang, harga emas akan mengikuti keadaan setelah Brexit," jelas Analis Komoditas ETF Securities, Nitesh Shah.
Saat Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa, harga emas langsung melonjak 6 persen karena pelaku pasar memburu aset safe haven. Hal yang sama diperkirakan akan terjadi jika Trump menang.
"Tapi jika Clinton memang dalam Pilpres AS ini, hidup akan berlangsung seperti biasanya," kata David Govett, Kepala Perdagangan Logam mulia di Marex Spectron. (Gdn/Ndw)