Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia menguat ke level tertinggi di tengah perdagangan yang bergejolak. Penguatan terjadi usai Donald Trump memperoleh keunggulan suara dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2016.
Pada awal perdagangan, harga minyak sempat melemah seiring pasokan minyak AS naik. Pelaku pasar juga fokus terhadap kemenangan Donald Trump akan mendongkrak produksi sehingga membanjiri pasokan nasional.
"Bagaimana pun juga risiko menjadi pendorong harga minyak. Sentimen itu mengkontribusikan terhadap perpindahan aset berisiko," ujar Tim Evans, Chief Market Strategist Long Leaf Trading Group, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (10/11/2016).
Baca Juga
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 29 sen, atau 0,6 persen menjadi US$ 45,27 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak itu tertinggi sejak 2 November 2016. Kemudian, harga minyak Brent untuk pengiriman Januari mendaki 32 sen atau 0,7 persen menjadi US$ 46,36 per barel.
"Donald Trump belum akan ke gedung putih hingga Januari. Pada saat itu kita akan mengetahui kebijakan apa yang akan diambil dan diimplementasikan saat dia jadi presiden. Pasar pun akan fokus terhadap usaha untuk menyeimbangkan pasokan yang dilakukan oleh OPEC. Pertemuan OPEC akan dilakukan secepatnya," jelas Evans.
Sebelumnya pada awal perdagangan, US Energy Information Administration melaporkan pasokan minyak domestik AS naik 2,4 juta barel hingga 4 November 2016. Produksi minyak naik 170 ribu barel per hari menjadi 8,69 juta barel per hari.
Advertisement