Putin Tak Pernah Tunggui Pelabuhan Buat Perbaiki Dwelling Time

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Damodardas Modi yang juga ingin menaikkan peringkat kemudahan berbisnis.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Nov 2016, 11:41 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2016, 11:41 WIB

Liputan6.com, Jakarta Masih ingat kasus kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akibat lambatnya waktu bongkar muat (dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara? Ternyata pengakuan Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati hanya Jokowi diantara pemimpin negara lain yang melototi masalah dwelling time demi ambisi menaikkan peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB). 

Pemerintah, kata Sri Mulyani, berkomitmen menurunkan dwelling time di bawah 4 hari. Pasalnya, Presiden Jokowi menargetkan peringkat kemudahan berusaha Indonesia lompat ke posisi 40. Saat ini, Indonesia berada di urutan 91.

"Kemauan pemerintah untuk menangani masalah yang sulit, seperti dwelling time, misalnya Presiden minta turun di bawah 4 hari," tutur Sri Mulyani.

Ada cerita menarik dari Sri Mulyani bahwa menurutnya, tidak ada Presiden atau pemimpin negara lain yang memiliki keseriusan seperti Indonesia dalam membenahi masalah pelabuhan laut supaya peringkat kemudahan berusaha Indonesia terus naik kelas.

"Saya sudah keliling dunia, tidak ada tuh Presiden (negara lain) yang betul-betul melototin (dwelling time)," kata Sri Mulyani.

Sebagai contoh, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Damodardas Modi yang juga bercita-cita menaikkan peringkat kemudahan berusahanya. Namun tidak seperti Jokowi yang sampai turun langsung ke pelabuhan.

"Presiden Putin dan Perdana Menteri Modi ingin EoDB-nya naik, tapi mereka tidak datang tuh nongkrongin ke pelabuhan, marah-marah dan turun langsung dan minta turunkan (dwelling time)," Sri Mulyani menerangkan.

Dia mengatakan, tahun ini peringkat kemudahan berusaha Indonesia sudah naik 15 peringkat. Ini adalah sebuah pencapaian penting.

"Kemudahan berusaha Indonesia sudah naik 15 peringkat. Di dunia is among the top reformer in the world. Jadi Indonesia bukan masalah retorika tapi bicara suatu strategi pertumbuhan ekonomi dengan langkah, dikelola, dan dilakukan sehingga bisa menghasilkan suatu kemajuan yang bisa diukur," ucap Sri Mulyani. (Fik/Gdn)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya