Mendag: Pemprov Kalsel Bantah Harga Cabai Rp 200 Ribu per Kg

Menteri Perdagangan Enggartiastio Lukita mengatakan, harga cabai rawit di Kalimantan tak pernah mencapai Rp 200 ribu per kg.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 14 Jan 2017, 17:35 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2017, 17:35 WIB
20170114-Pasar-Murah-FP
Mendag Enggartiasto Lukita di dampingi Yenny Wahid menujukan harga cabai pada acara kick off pasar murah di Kawasan SCBD, Jakarta (14/1). Acara ini digelar dalam rangka jelang perayaan imlek. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Enggartiastio Lukita mengatakan, harga cabai rawit di Kalimantan tak pernah mencapai Rp 200 ribu per kg. Dia mengatakan, pemerintah daerah telah melakukan klarifikasi terkait kabar tersebut.

"Sudah ada protes resmi dari pemerintah Kalimantan Selatan, mengenai stiker dinyatakan ada Rp 200 ribu tidak pernah terjadi," kata dia di Kawasan SCBD Sudirman Jakarta, Sabtu (14/1/2017).

Dia menerangkan, tingginya harga cabai rawit merah disebabkan oleh cuaca buruk. Saat ini, cabai tersebut telah menembus harga Rp 100 ribu per kg.

Cuaca yang membuat petani dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, petani tidak memetik di musim hujan sehingga pasokan di pasar menipis. Kedua petani memutuskan panen lebih awal. Cabai yang dijual pun memiliki kualitas yang tidak baik dan harganya juga tinggi.

"Petani enggan memetik, kalau dipaksa terjadi proses pembusukan yang begitu cepat sehingga pasokan pasar berkurang. Daripada mereka busuk, nggak masok. Toh mereka terpaksa masok dalam kondisi kurang baik. Ini yang sulit diatasi," jelas dia.

Akan tetapi, dia menegaskan hanya cabai rawit merah yang melonjak tinggi. Jenis cabai lain terpantau stabil.

"Tetapi hanya satu jenis cabai (mahal), cabai rawit merah. Cabai rawit hijau tidak, tolong dilihat cabai rawit hijau, cabai merah besar, cabai merah keriting dan cabai hijau besar," tutup dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya