Kemajuan Pembangunan MRT Jakarta Capai 65 Persen

Saat ini proses pembangunan terowongan MRT rute Sudirman-Bundaran HI telah rampung dan tersambung.

oleh Septian Deny diperbarui 23 Feb 2017, 16:30 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2017, 16:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pengerjaan proyek pembangunan Mass Rapit Transit (MRT) Jakarta telah mencapai 65 persen. Dengan demikian, diharapkan pada 2019 moda transportasi massal ini bisa beroperasi.

Presiden Direktur MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, saat ini proses pembangunan terowongan MRT rute Sudirman-Bundaran HI telah rampung dan tersambung. Pengerjaan terowongan tersebut menggunakan empat bor dengan nama Antareja 1, Antareja 2, Mustikabumi 1 dan Mustikbumi 2.

"Bertemunya keempat bor ini menandakan pengerjaan MRT struktur bawah tan‎ah telah selesai 80 persen," ujar dia di kawasan Setiabudi, Jakarta, Kamis (23/2/2017).

Seme‎ntara, untuk struktur layangnya hingga saat ini telah rampung hingga 50 persen. Sehingga rata-rata kemajuan dari pembangunan proyek ini secara keseluruhan telah mencapai 65 persen. "Secara garis besar pengerjan MRT Jakarta sampai saat ini 65 persen," kata dia.

Dengan demikian William optimistis proyek MRT ini bisa beroperasi pada 1 Maret 2019. Hal ini sesuai dengan yang ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Upaya percepatan penyelesaian proyek dilakukan agar MRT Jakarta dpat beroperasi pada 1 Maret 2019," kata dia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan dengan tersambungnya terowongan bawah tanah ini maka diharapkan moda transportasi massal ini bisa beroperasi tepat waktu yaitu pada Maret 2019. Selain itu, pada saat pelaksanaan ASEAN Games 2018 pengerjaan proyek di atas tanah telah selesai.

"Ini akan operasi Insya Allah Maret 2019 tapi saat ASEAN Gemas 2018 di atas sudah semuanya sudah jadi dan sudah bersih. Kita berharap schedule itu kita ikuti agar selesai tepat pada waktunya," ‎ungkap dia.

Sebelumnya pada 21 Desember 2016, Direktur Operasional dan Perawatan MRT Jakarta Agung Wicaksono mengatakan, untuk fase 1, pihaknya akan menyiapkan sebanyak 96 kereta atau 16 rangkaian, di mana masing-masing rangkaian terdiri dari 6 keret‎a. Namun dari 16 rangkaian kereta tersebut, tidak semuanya akan dioperasikan.

"Fase 1 ada 96 kereta dan masing-masing rangkaian terdiri dari 6 kereta. Jadi kita punya 16 rangkaian, yang akan dioperasikan sekitar 14 rangkaian, yang 2 rangkaian untuk back up," ujar dia di Kantor MRT, Jakarta, Rabu (21/12/2016).

Untuk masing-masing gerbong lanjut Agung, memiliki kapasitas maksimal 330 orang atau sekitar 1.980 orang per rangkaian. Itu terdiri dari kapasitas di tempat duduk, di pegangan berdiri dan berdiri tanpa alat pegangan. Meski demikian, dia memastikan dengan kapasitas maksimal tersebut masih nyaman untuk para pengguna MRT.

"Daya angkut kapasitas maksimal 330 orang per gerbong , itu maksimal dengan kapasitas hampir 200 persen. Artinya kalau 100 persen semua tempat duduk terisi, kemudian ada pegangan berdiri. Kita hitung sampai 200 persen itu 330 per gerbong. Itu masih bisa gerak. KRL saja mungkin 250 persen," kata dia.

Agung juga menyatakan, untuk jam sibuk, rentang waktu kedatangan antar kereta akan berkisar antara 5-6 menit. Hal ini untuk memastikan agar tidak terjadi penumpukan pengguna di stasiun MRT pada jam-jam sibuk tersebut.

"Antara 5-6 menit di jam peak. Jadi setiap 5 menit ada kereta datang. (Jam sibuk) Kira-kira antara pukul 5.30 atau 6.00 sampai jam 9.00. Untuk sore pukul 16.00 sampai 19.00. Yang jelas kita total beroperasi 20 jam per hari‎," tandas dia. (Dny/Gdn)

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya