Kekhawatiran Stok AS Membanjir Bikin Harga Minyak Susut

Harga minyak mentah terlihat tetap berada di jalur kenaikan mingguan karena pedagang telah mulai menarik keluar minyaknya dari penyimpanan.

oleh Nurmayanti diperbarui 25 Feb 2017, 06:24 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2017, 06:24 WIB
Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia turun sekitar 1 persen terpicu kekhawatiran jika kenaikan pasokan minyak AS akan melebihi janji OPEC untuk meningkatkan kepatuhan anggotanya membatasi output.

Melansir laman Reuters, Sabtu (25/2/2017), harga minyak Brent menetap 59 sen atau 1,04 persen ke posisi US$ 55,99 per barel. Sementara AS West Texas Intermediate berakhir 46 sen lebih rendah menjadi US$ 53,99 per barel. Namun, kedua jenis minyak tersebut mencatat kenaikan mingguan sekitar 1,1 persen.

"Pasar minyak kini fokus pada upaya menyeimbangkan pasokan minyak di pasar global, dengan perhatian dipusatkan pada kepatuhan OPEC dan pertumbuhan produksi AS," kata Michael Tran, Direktur Strategi Energi di RBC Capital Markets di New York.

Meski turun, tetapi harga minyak mentah terlihat tetap berada di jalur kenaikan mingguan karena pedagang telah mulai menarik keluar minyaknya dari penyimpanan,  dengan pasar fisik menunjukkan tanda-tanda pengetatan.

Produsen AS telah menambahkan rig minyaknya selama pekan keenam berturut-turut. Ini memperpanjang pemulihan produksi dalam sembilan bulan, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Inc.

Harga minyak telah jatuh selama dua sesi terakhir setelah data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik untuk pekan ketujuh.

Sementara kepatuhan anggota OPEC terkait kesepakatan menekan pasokan telah mengejutkan pasar. Negara yang masih belum mencapai target seperti Uni Emirat Arab dan Irak bahkan telah berjanji untuk mengejar ketinggalan target mereka.

Badan Energi Internasional menempatkan kepatuhan anggota OPEC ini pada komposisi 90 persen pada Januari, dan berdasarkan rata-rata Reuters survei produksi, mencapai 88 persen.

Namun, ekspor dari Amerika Serikat, yang bukan bagian dari kesepakatan, mencapai rekor tertinggi ke 1,2 juta barel per hari (bph) pekan lalu, dengan kenaian produksi di atas 9 juta barel per hari. Ini merupakan yang tertinggi sejak April, menurutu Badan Administrasi Energi AS.


Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya