Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) mengatakan bahwa harga Solar bersubsidi dan Premium penugasan sudah berada di bawah harga keekonomian. Kondisi tersebut sudah berlangsung sejak Oktober 2016 lalu. Oleh karena itu, perseroan berharap pemerintah bisa memutuskan untuk menaikkan harga kedua jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut.
Direktur Pemasaran Pertamina M Iskandar mengatakan, Pertamina sudah mengalami defisit dalam menjual Solar bersubsidi dan Premium penugasan. Formula untuk menentukan kedua jenis BBM tersebut tidak berubah yaitu harga minyak dunia dipatok di angka US$ 40 per barel. Sedankan realitas yang ada saat ini, harga minyak dunia sudah berada di angka US$ 50 per barel.
Advertisement
Baca Juga
"Sebenarnya dari Januari sudah defisit. Harga patokan yang ditetapkan itu US$ 40 per barel, tapi harga minyak sudah US$ 50 per barel," kata Iskandar, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/3/2017).
Pertamina telah melaporkan kondisi perkembangan harga Solar subsidi dan Premium penugasan ke pemerintah. Dia berharap, pemerintah mengambil keputusan penyesuaian harga kedua jenis BBM tersebut sesuai dengan harga keekonomian.
"Saat ini Pertamina tetap berada di jalur sesuai dengan formula, sesuai harga keekonomian. Tapi kami sebagai badan usaha mengusulkan ada kenaikan," jelas Iskandar.
Saat ini harga keekonomian Solar bersubsidi sebesar Rp 8.200 per liter sampai Rp 8.300 per liter, sedangkan Premium penugasan di angka Rp 6.750 per liter sampai Rp 6.850 per liter.
Sedangkan sejak Januari 2017 sampai Maret 2017, Solar subsidi ditetapkan pemerintah di angka Rp 5.150 per liter dan Premium penugasan di luar wilayah Jawa, Madura dan Bali Rp 6.450 per liter.
"Harga keekonomian Solar sekarang Rp 8.300 atau Rp 8.200, Premium sekitar Rp 6.750 atau Rp 6.850," tutup Iskandar. (Pew/Gdn)