Pengembangan Kawasan Danau Toba Libatkan Ahli Perencanaan

Perencanaan kolaboratif bertujuan meningkatkan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh berbagai pemangku kepentingan pariwisata Danau Toba.

oleh Muhammad Rinaldi diperbarui 15 Mei 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2017, 18:00 WIB
Perencanaan kolaboratif bertujuan meningkatkan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh berbagai pemangku kepentingan pariwisata Danau Toba.
Perencanaan kolaboratif bertujuan meningkatkan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh berbagai pemangku kepentingan pariwisata Danau Toba.

Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) ikut terlibat dalam kolaborasi perencanaan di kawasan Danau Toba yang telah ditetapkan pemerintah sebagai 10 destinasi pariwisata unggulan nasional. Keterlibatan ini sekaligus menjadi bukti dukungan asosiasi profesi tersebut terhadap pengembangan pariwisata di Tanah Air.

Hari ini bertempat di Hotel Inna Prapat, sekitar 80 perencana dari seluruh Indonesia bersama 8 pemerintah kabupaten dan kota dan 7 kementerian berkumpul menyampaikan masukan demi terwujudnya perencanaan pengembangan kawasan Danau Toba yang terbaik. Kegiatan Collaborative Planning Workshop (CPW) tersebut digagas IAP yang didukung Kemenko Maritim dan Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BPODT).

Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, Bernardus Djonoputro, menekankan pentingnya disiplin proses perencanaan dalam program nasional seperti ini. Dengan melibatkan 80 perencana dari seluruh Indonesia, ungkap dia, maka rencana pengembangan pariwisata Danau Toba akan mendapat lebih banyak masuk sehingga bisa lebih terencana dan terarah.

“Upaya untuk mencapai target besar pemerintah di sektor pariwisata itu tentu saja butuh proses perencanaan yang baik dengan melibatkan banyak aktor,” ujar Bernardus dalam siaran persnya kepada Liputan6.com, Senin (15/5/2017).

IAP adalah organisasi tunggal profesi perencana wilayah dan kota di Indonesia yang didirikan sejak 1971. Saat ini beranggotakan 3.000 perencana, dengan 1.700 perencana bersertifikat.

Menurut Bernie, demikian dia akrab dipanggil, pembangunan pariwisata nasional menjadi salah satu agenda prioritas pemerintah sampai dengan 2019. Ditargetkan sektor ini mampu mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara, membuka 13 juta lapangan kerja, serta meningkatkan kontribusi sektor pariwisata menjadi 15 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional.

Sementara itu, kawasan Danau Toba adalah salah satu dari tiga kawasan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan pada tahun ini. Salah satu danau geopark terbesar di dunia ini terbentang di delapan daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dengan potensi atraksi wisata yang luarbiasa. Destinasi wisata ini ditargetkan mampu mendatangkan satu juta juta wisatawan mancanegara dan menarik investasi sekitar US$ 1 miliar.

“Ini bukan target yang mudah, namun dengan perencanaan yang matang dan terstruktur dengan pendekatan perencanaan kolaboratif, saya kira Danau Toba mampu memenuhi harapan pemerintah itu,” papar Bernie.

Perencanaan kolaboratif bertujuan meningkatkan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh berbagai pemangku kepentingan pariwisata Danau Toba. Karena disadari bahwa anggaran pemerintah tidak akan cukup untuk mendanai program-program pengembangan wisata dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, agar partisipasi dunia usaha dan masyarakat semakin meningkat, maka perlu suatu pendekatan perencanaan yang memfasilitasi proses komunikasi antar aktor tersebut secara berkesinambungan, efektif, dan tepat guna. Melalui proses perencanaan yang inklusif diharapkan tumbuh kepercayaan (trust) antar berbagai pihak. 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya