Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui bahwa realisasi inflasi Mei 2017 yang mencapai 0,39 persen masuk dalam kategori tinggi. Namun meskipun tinggi realisasi tersebut masih dalam batas aman.
Darmin mengatakan, inflasi Mei 2017 memang lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya, tetapi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya masih masuk dalam status aman karena di bawah batas.
"Kalau dari angkanya, sebenarnya agak sedikit tinggi tapi masih di bawah 5 persen rata-rata setahun. Kalau masih di bawah 0,4 persen itu masih oke kalau kita punya target di bawah 5 persen satu tahun," kata Darmin, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Jumat (2/6/2017).
Advertisement
Kenaikan angka inflasi pada Mei 2017 disebabkan oleh kenaikan harga barang khususnya makanan. Tetapi harus dicari penyebab lain yang membuat inflasi Mei 2017 berada di level 0,39 persen. "Memang volatile food tinggi. Tapi kita harus lihat dulu, sebenarnya komoditasnya apa saja," tutur Darmin.
Baca Juga
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Mei 2017 tercatat 0,39 persen. Adapun inflasi tahun kalender sebesar 1,67 persen dan tahun ke tahun mencapai 4,33 persen.
"Dibanding Mei 2016 yang 0,24 persen, ini lebih tinggi. Tapi dibandingkan Mei 2015 yang 0,50 persen, inflasi ini lebih rendah. Mei ini sudah Ramadan. 2016, Ramadan di Juni. Harga-harga barang naik karena terjadi kenaikan permintaan. Sedangkan saat Ramadan tahun lalu di Juni, inflasinya 0,66 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto.
Dia menyebutkan dari 82 kota IHK, sebanyak 70 kota mencatat inflasi dan 12 kota deflasi. Inflasi tertinggi di Tual 0,96 persen, terendah di Sampit dan Bulukumba masing-masing 0,02 persen. Sementara deflasi tertinggi di Manado 1,13 persen dan terendah di Pematang Siantar.
Inflasi sebesar 0,39 persen terjadi karena kenaikan harga di seluruh kelompok pengeluaran. Inflasi pada bahan makanan 0,86 persen dengan andil terhadap inflasi 0,17 persen.
Bahan makanan tersebut seperti bawang putih yang berkontribusi ke inflasi 0,08 persen, telur ayam ras 0,05 persen, daging ayam ras 0,04 persen.
Adapula dari makanan jadi, minuman, rokok, tembakau besaran inflasinya capai 0,38 persen dengan andil 0,06 persen. Kemudian nasi dengan lauk pauk, rokok filter, rokok kretek masing-masing 0,01 persen. Namun gula pasir mencatatkan deflasi 0,01 persen.
Sektor kesehatan mencatat inflasi 0,37 persen dengan andil inflasi 0,02 persen. Di mana tarif rumah sakit memberi kenaikan sumbangan 0,01 persen.