Menkeu Sebut Capaian APBN Semester I Lebih Baik, Ini Buktinya

Dari sisi pendapatan negara, realisasi penerimaan perpajakan (pajak dan bea cukai) tumbuh sebesar 9,6 persen senilai Rp 571,9 triliun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Jul 2017, 22:43 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2017, 22:43 WIB
Rapat Paripurna RAPBN 2018 Sepi Anggota Dewan
Menteri Keuangan, Sri Mulyani saat menghadiri rapat paripurna di gedung DPR, Jakarta, Selasa (11/7). Sebanyak Seratus delapan puluh lima (185) anggota dewan dari lima ratus enam puluh (560) mengikuti Rapat Paripurna tersebut. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengklaim laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semester I-2017 lebih baik dibanding periode yang sama tahun lalu. Pendapatan negara tercatat sebesar Rp 718,2 triliun, belanja negara sebesar Rp 893,3 triliun, defisit 1,29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan pembiayaan Rp 209,4 triliun.

Data-data ini dilaporkan Sri Mulyani saat Raker dengan Banggar DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (13/7/2017). Ia mengatakan, realisasi APBN semester I telah menunjukkan kinerja lebih baik dibanding periode yang sama tahun lalu, baik dari sisi pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

"Secara umum, APBN 2017 masih dapat dikelola dengan baik. Hal ini menunjukkan APBN tetap dijaga pemerintah secara kredibel untuk mencapai tujuan masyarakat yang adil dan makmur," ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani menyebut, pendapatan negara (pendapatan dalam negeri dan hibah) tercatat sebesar 41,0 persen terhadap APBN yang meningkat 35,5 persen dari semester I-2016. Realisasi pendapatan negara di periode Januari-Juni ini sebesar Rp 718,2 triliun dari target Rp 1.750,3 triliun.

"Dari sisi pendapatan negara, realisasi penerimaan perpajakan (pajak dan bea cukai) tumbuh sebesar 9,6 persen senilai Rp 571,9 triliun. dari target Rp 1.498,9 triliun. Semester I-2016, realisasinya Rp 522 triliun atau kontraksi sebesar 2,5 persen," tuturnya.

Kontribusi terbesar dari PPh Migas yang tumbuh 69 persen dan dari PPN non migas yang tumbuh 13,5 persen. Realisasi tersebut melonjak tajam bila dibanding tahun lalu negatif 3,1. Sedangkan penerimaan Bea Keluar meningkat luar biasa pesat dengan pertumbuhan 31,6 persen di semester I-2017.

Dari data tersebut, kata Sri Mulyani, terlihat bahwa geliat ekonomi sudah mulai tumbuh seiring dengan membaiknya harga minyak dan meningkatnya ekspor.

"Data tax amnesty juga termanfaatkan dengan baik sehingga penerimaan PPh Pasal 25 Orang Pribadi semester I-2017 telah mencapai Rp 5,8 triliun, jauh melampaui capaian sepanjang 2016 yang hanya Rp 5,3 triliun," jelasnya.

Sementara dari sisi pengeluaran atau belanja negara, lanjut Sri Mulyani, penyerapannya sebesar 42,9 persen terhadap APBN juga lebih baik dibanding 41,5 persen di 2016. Telah dibangun jalan baru sepanjang 46,3 km, jalan tol 3,69 km, jembatan 523,08 meter dan fly over atau under pass 1.887,7 meter.

Belanja negara juga telah disalurkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk 6,6 juta siswa, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk 4,5 juta siswa, dan bidik misi yang menjangkau 256,6 ribu mahasiswa.

Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) hingga akhir Juni 2017, kata Sri Mulyani, mencapai 29,9 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya untuk mendukung pembangunan infrastruktur jalan, puskesmas, pasar, dan rumah sakit rujukan.

"DAK Nonfisik mencapai 42,7 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya antara lain untuk penyaluran BOS 59,9 persen, BOS PAUD 77,3 persen, dan IPG 29,7 persen," ucap Sri Mulyani.

Dengan meningkatnya realisasi pendapatan negara, katanya, defisit anggaran terhadap PDB di semester I hanya sebesar 1,29 persen. Capaian ini lebih kecil dibanding periode yang sama tahun lalu dengan defisit 1,82 persen dari PDB. "Artinya, defisit dapat dikendalikan dengan baik," Sri Mulyani menegaskan.

Sebagai dampak positifnya, realisasi pembiayaan melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) netto semester I-2017 juga turun sebesar 23,3 persen. Jauh lebih baik dari semester I-2016 yang meningkat 34 persen.

"Kinerja APBN di semester I ini jauh lebih baik dibanding 2016 dari sisi pendapatan, belanja, defisit, dan kinerja utang. Ini menggambarkan upaya pemerintah untuk menjaga APBN sebagai instrumen fiskal yang efektif dan kredibel telah berjalan baik demi tercapainya masyarakat adil, makmur dan bermartabat," tandasnya.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya