4 Asumsi Dasar Ekonomi Makro di APBN 2017 Meleset dari Target

Pemerintah menyatakan pertumbuhan ekonomi di RAPBN-P 2017 lebih optimistis dibandingkan target sebelumnya seiring perbaikan ekonomi global.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 10 Jul 2017, 20:48 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2017, 20:48 WIB
BI memperkirakan Pertumbuhan ekonomi Jakarta turun tipis ke 5,85%
Pemerintah menyatakan pertumbuhan ekonomi di RAPBN-P 2017 lebih optimistis dibandingkan target sebelumnya seiring perbaikan ekonomi global.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi XI DPR, pemerintah, dan Bank Indonesia (BI) menyepakati empat asumsi dasar ekonomi makro yang diajukan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2017. Dalam usulan tersebut, angka pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga SPN 3 bulan, dan kurs rupiah meleset dari target APBN 2017.

"Komisi XI DPR, pemerintah, dan BI menyepakati besaran asumsi makro ekonomi RAPBN-P 2017," ucap Ketua Komisi XI DPR, Melchias Markus Mekeng saat membacakan kesimpulan Raker Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2017 di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/7/2017).

Adapun perubahan asumsi yang disepakati Komisi XI, pemerintah, dan BI di RAPBN-P 2017, antara lain, pertumbuhan ekonomi menjadi 5,2 persen, inflasi sebesar 4,3 persen, tingkat bunga SPN 3 bulan menjadi 5,2 persen, dan nilai tukar rupiah 13.400 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sementara di APBN 2017, pertumbuhan ekonomi dipatok pada angka 5,1 persen, inflasi 4 persen, tingkat bunga SPN 3 bulan 5,3 persen, dan nilai tukar Rp 13.300 per dolar AS.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di RAPBN-P 2017 lebih optimistis dibanding target sebelumnya. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi global, yaitu ekonomi AS, Eropa, dan Jepang serta proyeksi dari lembaga internasional, yakni IMF sebesar 3,5 persen.

Di samping itu, lembaga internasional IMF juga mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2017 sebesar 5,1 persen, Bank Dunia 5,2 persen, Fitch memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen, dan Standard & Poors 5,3 persen.

"Pertumbuhan ekonomi 5,2 persen di RAPBN-P 2017 bersumber dari konsumsi rumah tangga dan LNPRT 5,1 persen, konsumsi pemerintah 4,6 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 5,4 persen, ekspor 4,8 persen, dan impor 3,9 persen," ujar Darmin.

Sementara inflasi, Ia mengakui bergerak lebih tinggi 4,3 persen di RAPBN-P 2017 karena ada tekanan dari harga-harga yang diatur pemerintah, seperti tarif listrik. Sementara untuk inflasi dari gejolak harga pangan, pemerintah mengklaim cukup berhasil mengendalikannya.

"Perkiraan inflasi 4,3 persen ini masih tetap dalam range, yakni 4 plus minus 1 persen. Untuk mengendalikan laju inflasi, pemerintah menunda kenaikan harga elpiji, dan BBM belum naik meskipun risikonya anggaran subsidi naik," Darmin menerangkan.

Darmin menambahkan, kurs rupiah diproyeksikan 13.400 per dolar AS di RAPBN-P 2017 atau sedikit melemah dari APBN yang sebesar 13.300 per dolar AS lantaran ada faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi laju nilai mata uang Garuda.

"AS masih akan menaikkan Fed Fund Rate satu kali lagi menjadi 1,4 persen-1,6 persen di akhir 2017 yang akan menekan rupiah. Quantitatve Easing di Eropa pun masih berlangsung sehingga pemerintah memperkirakan kurs diperkirakan Rp 13.400 per dolar AS," jelas Darmin.

Sedangkan tingkat bunga SPN 3 bulan bergerak turun, karena ada tekanan kebijakan kenaikan suku bunga AS, kondisi likuidtas di pasar keuangan global yang masih akan didukung pelonggaran moneter di zona Eropa, Inggris, dan Jepang.

"Jadi pemerintah memperkirakan tingkat bunga SPN 3 bulan 5,2 persen di RAPBN-P 2017 atau sedikit di bawah APBN yang sebesar 5,3 persen," tutur Mantan Gubernur BI itu.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya