Dari Mana Asal Sampah Plastik pada Proyek Uji Coba Jalan di Bali?

Sebelum menjadi campuran aspal jalan, sampah plastik diolah terlebih dulu dengan cara dicuci kemudian dipotong kecil-kecil.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 01 Agu 2017, 11:47 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2017, 11:47 WIB
Sebelum menjadi campuran aspal jalan, sampah plastik diolah terlebih dulu dengan cara dicuci kemudian dipotong kecil-kecil.
Sebelum menjadi campuran aspal jalan, sampah plastik diolah terlebih dulu dengan cara dicuci kemudian dipotong kecil-kecil.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan uji coba pemanfaatan sampah plastik sebagai campuran aspal pada Sabtu (29/7/2017) . Uji coba itu berlangsung di jalan sepanjang 700 meter di Universitas Udayana, Bali. Dari mana asal bahan baku sampah jalan tersebut?

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi mengatakan, bahan baku campuran aspal didatangkan dari Bandung, Jawa Barat. Sebelum menjadi campuran aspal, limbah plastik itu diolah terlebih dulu dengan cara dicuci kemudian dipotong kecil-kecil.

"Kemarin uji coba di Bali harus bawa (limbah plastik) dari Bandung, dicuci dulu, dicacah-cacah," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Namun, Arie tak mengatakan secara spesifik di mana sampah tersebut berasal. Arie juga tak mengetahui berapa banyak sampah yang diangkut untuk uji coba aspal tersebut. "Enggak tahu dari teman-teman Pusjatan sendiri. Enggak tahu, kemarin enggak sempat nanya jumlahnya," ujar dia.

Berdasarkan keterangan tertulis Kementerian PUPR, Kepala Balitbang Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan pemanfaatan sampah plastik sebagai aspal tersebut merupakan salah satu solusi bagi permasalahan sampah plastik.

"Setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan campuran limbah plastik sebanyak 2,5 hingga 5 ton. Jadi, bisa dibayangkan apabila hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di Indonesia yang memiliki jalan ribuan kilometer," tutur Danis.

Jumlah sampah plastik di Indonesia tahun 2019 diperkirakan mencapai 9,52  juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Dengan estimasi plastik yang digunakan 2,5-5 ton per km jalan, maka limbah plastik dapat menyumbang kebutuhan jalan sepanjang 190 ribu km.

Selain itu, aspal yang dihasilkan juga lebih lengket jika dibandingkan dengan aspal yang tidak menggunakan plastik sebagai campuran. Artinya, kata Danis, stabilitas aspal dan ketahanannya lebih baik. "Stabilitasnya meningkat 40 persen, ini menjadikan kinerja lebih baik lagi," ujar Danis.

Tonton video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya