Proyek Aspal Sampah Plastik Butuh Industri Pemasok Bahan Baku

Untuk mendapatkan jaminan bahan baku perlu ada industri khusus yang bertugas mengolah sampah plastik.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 01 Agu 2017, 11:16 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2017, 11:16 WIB
Sampah plastik (0)
Ilustrasi sampah plastik. (Sumber NanD_PhanuwatTH/Shutterstock.com)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tengah menguji coba pemakaian limbah plastik sebagai campuran aspal jalan. Keberadaan bahan baku sampah plastik dinilai menjadi penting agar proyek ini bisa berjalan.

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Arie Setiadi mengatakan, untuk mendapatkan jaminan bahan baku perlu ada industri khusus yang bertugas mengolah sampah plastik.

"Justru itu harus dilihat, siapa sih yang mau memasok, enggak mungkin kan PUPR, nyuci sampah, motong-motong, harus ada industri sendiri, ada nggak sih pemasoknya, harus dibangkitkan juga," ujar dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Selanjutnya agar industri pengolahan sampah bisa berkembang, maka perlu ada kepastian penggunaan sampah tersebut. Caranya, dia mencontohkan, perlu ada kesepakatan penyerapan bahan baku sampah industri.

"Supaya dia bangkit bahwa ada memorandum of understanding (MoU), kita menyerap berapapun produksi dia, misalnya begitu. Harus dipastikan juga dia bahwa dia harus mampu produksi sekian banyak misalnya," jelas dia.

Sebelumnya, Kepala Balitbang Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan pemanfaatan limbah plastik sebagai aspal merupakan salah satu solusi bagi permasalahan sampah plastik di Indonesia.

"Setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan campuran limbah plastik sebanyak 2,5 hingga 5 ton. Jadi bisa dibayangkan apabila hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di Indonesia yang memiliki jalan ribuan kilometer," tutur  Danis dalam keterangan tertulis.

Jumlah sampah plastik di Indonesia pada 2019 diperkirakan mencapai 9,52  juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Dengan estimasi plastik yang digunakan 2,5-5 ton per km jalan, maka limbah plastik dapat menyumbang kebutuhan jalan sepanjang 190.000 km.

Selain itu, aspal yang dihasilkan juga lebih lengket jika dibandingkan dengan aspal yang tidak menggunakan plastik sebagai campuran. Artinya, kata Danis, stabilitas aspal dan ketahanannya lebih baik.

"Stabilitasnya meningkat 40 persen, ini menjadikan kinerja lebih baik lagi," tambah Danis.

Pemanfaatan limbah plastik sebagai aspal merupakan buah kerjasama antara Kementerian PU-PR dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan untuk menyuplai kebutuhan limbah plastik sebagai aspal pihaknya telah berkoordinasi dengan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi) di 16 kota besar yang akan mengumpulkan dan memilah sampah.

"Dalam upaya pengurangan sampah ini tahapan awalnya adalah melakukan edukasi kepada masyarakat, setelah terkumpul kami minta dukungan tim Kementerian PU-PR. Pemanfaatan limbah plastik untuk aspal ini diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat terhadap permasalahan sampah di Indonesia," tandas dia.

Tonton video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya