JK: 10 Tahun ke Depan Mobil Listrik akan Banyak di Indonesia

Pengembangan mobil listrik memang merupakan salah satu bagian dari upaya untuk menekan tingkat polusi gas buang kendaraan.

oleh Septian Deny diperbarui 02 Agu 2017, 17:31 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2017, 17:31 WIB
Mobil Listrik yang Telah Merambah Dunia Otomotif
Nils Henningstad berpose di samping mobil Tesla Model X saat mengemudikan mobil listrik di stasiun pengisian umum di Oslo, Norwegia (13/07/2017). Momentum membangun mobil listrik dinilai tepat, (Lene Marie Brynildsen / Courtesy of Nils Henningstad via AP)

Liputan6.com, Jakarta Mobil listrik bakal banyak digunakan masyarakat Indonesia dalam 10 tahun ke depan. Pemerintah pun harus terlebih dulu memastikan kesiapan infrastruktur kelistrikan demi menunjang pasokan energi.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, ketersediaan listrik sangat penting mengikuti kebutuhan energi mobil listrik tersebut. "Dalam 10 tahun mobil listrik akan banyak, coba bayangkan kalau 1 juta mobil tiap malam di-charger, berapa banyak listrik yang dibutuhkan. Itu akan terjadi dalam 10 tahun," ujar dia di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (2/8/2017).

Seiring hal itu, ke depan kebutuhan listrik di Indonesia juga semakin besar. Selain memenuhi pasokan bahan bakar kendaraan, kegiatan rumah tangga seperti memasak akan mulai beralih menggunakan listrik.

"Kebutuhan listrik terus-menerus naik secara cepat karena energi akan mulai masuk dipakai di transportasi, mobil listrik. Kemudian rumah tangga dalam hubungannya dengan AC, dapur, serba listrik. Pertumbuhan listrik akan lebih cepat, industri juga, kebutuhan listrik cepat meningkat," tandas dia.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai, proses pengembangan mobil listrik sampai ke tahap produksi massal akan membutuhkan waktu yang lama. Sebab, sebelum masuk ke mobil listrik, produsen mobil di dalam negeri terlebih dulu mengembangkan mobil hybrid.

Airlangga mengungkapkan, pengembangan mobil listrik memang merupakan salah satu bagian dari upaya untuk menekan tingkat polusi gas buang kendaraan. Namun, dalam upaya tersebut, sebelum masuk ke mobil listrik, produsen memilih untuk mengembangkan mobil hybrid dulu.

"Kendaraan listrik kan berbasis pada low carbon emision, dan kita mempunyai tahapan, melalui hybrid dan baru full electric," ujar dia di Cikarang, Jawa Barat, seperti ditulis Minggu (30/7/2017).

Menurut dia, tahapan pengembangan mobil seperti ini bukan hanya dilakukan di Indonesia, melainkan juga di negara-negara lain. Sebab, dalam produksi mobil hybrid saja masih banyak menemui tantangan, salah satunya soal harga jual yang lebih mahal dibandingkan mobil bermesin konvensional.

"Pilihannya hybrid dulu, karena di dunia juga hybrid dulu. Yang siap itu hybrid, itu sudah mulai. Tapi di Indonesia hybrid masih lebih mahal karena sama saja beli mobil dengan dua mesin. Jadi, tentu harganya mahal. Kalau masyarakat belum bisa terima karena harga mahal, nah itu bagaimana supaya cost-nya turun dulu," jelas dia.

Airlangga belum bisa memperkirakan kapan kira-kira mobil listrik di Indonesia bisa diproduksi secara massal oleh produsen di dalam negeri.‎ Sebab, di negara lain seperti Swedia saja produksi massal mobil ini diperkirakan baru akan dimulai pada 2040.

"Harga electric sekarang 30 persen lebih mahal. Oleh karena itu, kita dengan perkembangan riset yang ada supaya harga bisa ditekan dulu supaya hampir sama dengan kendaraan gasolin biasa. (Perkiraan produksi massal mobil listrik) Kalau di dunia saja itu 2040. Swedia itu 2040," tandas dia.

Tonton video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya