Sri Mulyani: Rentenir Bikin Ibu-Ibu Susah

Menkeu meluncurkan pilot project kredit mikro di bawah Rp 10 juta demi melepaskan jerat ibu-ibu dari rentenir.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Agu 2017, 11:37 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2017, 11:37 WIB
Menkeu Sri Mulyani berbincang dengan pedagang saat blusukan ke Mega Mendung, Bogor (Foto: Fiki Liputan6.com)
Menkeu Sri Mulyani berbincang dengan pedagang saat blusukan ke Mega Mendung, Bogor (Foto: Fiki Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati telah meluncurkan pilot project kredit ultra mikro di bawah Rp 10 juta di Desa Pasir Angin, Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat, Senin (14/8/2017). ‎Program pembiayaan bagi para pedagang kaki lima, petani, nelayan pesisir, hingga pedagang asongan diharapkan dapat melepaskan mereka dari jerat rentenir alias bank emok.

"Tadi saya mendapat informasi dari Bupati Bogor, ibu-ibu lagi duduk-duduk, ada yang nawarin duit dari bank emok. Itu uang tidak gratis. Pengembaliannya lebih tinggi dan lebih cepat, bikin ibu-ibu kesusahan," kata Sri Mulyani saat acara "Sinergi Pemerintah dalam Mengangkat Ekonomi Rakyat melalui Inklusi Keuangan" di Bogor, Jawa Barat, Senin ini.

Program pembiayaan ultramikro merupakan penyaluran kredit di bawah Rp 10 juta bagi ‎para pedagang kaki lima, nelayan pesisir, pedagang asongan, dan unit usaha ultra mikro lainnya.

"Ada usaha yang tidak tersentuh Kredit Usaha Rakyat (KUR)‎, maka ada program ultra mikro di bawah Rp 10 juta. Yang mau pinjam Rp 2 juta, Rp 3 juta, Rp 7 juta. Bayarnya bisa dicicil," ujar Sri Mulyani.

Program ultramikro ini merupakan inisiasi dari Kementerian Keuangan. Program ini dilakukan bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Kementerian Sosial.

"Ini ada anggarannya Rp 1,5 triliun di APBN-P 2017. Anggaran tersebut ada di Kemenkop UKM, KKP, Kemensos, Kemenkominfo untuk bangun sistem informasi. Semua pinjaman akan dicatat," ujarnya.

Bupati Bogor, Nurhayanti, menuturkan pemerintah pusat tidak salah memilih pilot project usaha mikro di Desa Pasir Angin, Bogor. Ia mengatakan, jumlah penduduk di Bogor mencapai 5,6 juta jiwa atau lebih rendah dari Singapura. ‎Terdiri dari 434 desa atau kelurahan.

"Usaha mikro, kecil, dan menengah di Bogor hampir 710 ribu usaha. Rata-rata ini pelaku usaha adalah kaum ibu. Dari jumlah itu, hampir 93 persen adalah usaha mikro, jadi kontribusinya terbesar terhadap pendapatan daerah Bogor," ujarnya.

Menurut Nurhayanti, pemerintah daerah terus melakukan pembinaan untuk mengatasi keluhan masalah pendanaan dari para pelaku UKM, melalui penyaluran pembiayaan. Namun di perbankan, biasanya harus ada jaminan.

"‎Akibatnya, banyak mereka terjerat bank emok. Rentenir yang menawarkan pinjaman dengan syarat mudah, tapi begitu bayar mencekik," terangnya.

Nurhayanti berharap program ultramikro‎ di bawah Rp 10 juta ini dapat menjadi solusi bagi pedagang ultramikro. "Program ini jadi solusi dan saya akan mendampingi mereka. Dana ini harus bergulir dan dikelola dengan baik. Jangan dibelikan yang lain ya, supaya benar-benar mencapai tujuan yang diharapkan dalam pengentasan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan pengangguran," ujarnya.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya