Banyak Dipakai Masyarakat Mampu, Elpiji 3 Kg Jadi Langka?

Jumlah rumah tangga miskin di Indonesia yang berhak mengkonsumsi Elpiji 3 kg saat ini mencapai 26 juta jiwa.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Okt 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2017, 16:00 WIB
Tabung Elpiji 3 Kg "Hanya Untuk Rakyat Miskin" Resmi Beredar
Tabung tersebut merupakan tabung kosong yang telah digunakan masyarakat, kemudian di cat ulang.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) berupaya memenuhi kebutuhan Elpiji bersubsidi atau Elpiji dengan ukuran 3 kilogram (kg). Namun terkadang di beberapa wilayah masih ditemukan kelangkaan pasokan dari Elpiji dengan tabung berwarna hijau tersebut.

 Manager External Communication Pertamina, Arya Dwi Paramita mengungkapkan, Elpiji 3 kg adalah barang subsidi dan disediakan untuk masyarakat miskin dan usaha mikro. Namun saat ini penyaluran Elpiji 3 kg masih bebas sehingga bisa digunakan oleh masyarakat mampu.

Alhasil, karena semua orang bisa membeli Elpiji 3 kg maka kerap terjadi kelangkaan. Jumlah elpiji 3 kg sebenarnya disesuaikan dengan jumlah masyarakat miskin sehingga jika masyarakat mampu ikut membeli maka pasokan kadang kurang. 

"Inilah kontras sekali penggunaan Elpiji 3 kg. Banyak yang tidak berhak menggunakan Elpiji ini,"‎kata Arya, di Jakarta, Sabtu (7/10/2017).

Jumlah rumah tangga miskin di Indonesia saat ini mencapai 26 juta jiwa. Sedangkan jumlah seluruh rumah tangga di Indonesia adalah 50 juta jiwa. Artinya, di luar 26 juta jiwa tersebut adalah penduduk mampu yang tidak berhak menikmati subsidi Elpiji.

Sayangnya, sampai saat ini masih banyak ditemukan masyarakat mampu yang mengkonsumsi Elpiji 3 kg. "Inilah ada yang tidak ketemu antara pasokan dan permintaan di pasar, karena ada pihak yang tidak berhak tetap menggunakan," ‎ucapnya.

Arya menjelaskan, pihak yang masuk dalam rumah tangga miskin bisa ditinjau dari beberapa acuan, yaitu mereka yang berpendapatan Rp 350 ribu per bulan per kapita. Selain itu, dinding dan lantai rumahn ‎tidak permanen.

Sedangan pengusaha mikro yang bisa mengkonsumsi Elpiji 3 kg adalah yang tingkat pendidikannya relatif rendah, jumlah pekerja kurang dari 10 orang, dari sisi aset 50 Rp juta, dengan omzet maksimal Rp 300 juta per tahun.

"Usaha mikro menjadi sasaran penerima subsidi Elpiji, karena usaha mikro sulit mendapat akses perbankan," tutup Arya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya