Proyek Infrastruktur Bikin Perumahan di Luar Jakarta Kian Dicari

Pembangunan infrastruktur transportasi yang sudah terlihat seperti proyek MRT, LRT, maupun kereta cepat menjadi tolak ukur masyarakat.

oleh Nurmayanti diperbarui 16 Okt 2017, 10:46 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2017, 10:46 WIB
kpr
Kredit Pemilikan Rumah

Liputan6.com, Jakarta Maraknya pembangunan infrastruktur transportasi yang sedang digalakkan Pemerintah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang tengah berencana membeli rumah.

Hal ini disampaikan Direktur Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus. “Masyarakat saat ini cenderung selalu menghubungkan rencana pembelian rumah dengan akses untuk transportasi. Daerah dengan kemudahan akses transportasi yang baik akan sangat diminati apabila ada di perumahan yang dipilihnya tersebut,” kata Anton dia, Senin (16/10/2017).

Dia mengungkapkan pembangunan infrastruktur transportasi yang sudah terlihat ada pembangunan mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), maupun kereta api cepat menjadi tolak ukur masyarakat.

Begitu juga bagi daerah yang sudah dilakukan perencanaan dan percepatan yakni salah satunya pembangunan proyek MRT koridor barat-timur (Cikarang-Balaraja) dari semula dimulai tahun 2023 menjadi 2019.

“Tren masyarakat masih didominasi kebutuhan akan perumahan bukan apartemen. Permintaan ini tentu membuat area sekitar Ibu Kota terus berkembang dengan munculnya perumahan-perumahan baru. Terbukti dengan banyaknya permintaan pasar akan rumah tapak (landed house) yang belum dapat terpenuhi hingga akhirnya backlog (kekurangan ketersediaan) mungkin hampir 2 juta unit di area Jabodetabek,” dia menjelaskan.

Permintaan yang terus meningkat itu, lanjutnya, tentu membuat area sekitar Ibu Kota terus berkembang dengan munculnya perumahan-perumahan baru. Area-area yang masih lowong itu berada di sekitar Jakarta yakni ke arah barat, selatan dan bahkan sekarang ke timur.

Contohnya di Barat, terdapat Balaraja, Cikupa, Pasar Kemis maupun Karawaci Alam Sutera yang juga menjadi area favorit masyarakat. Lalu, untuk area Selatan ada di Bogor dan Sentul. Sementara ke arah timur ada di Bekasi.

“Perumahan yang dekat dengan akses stasiun maupun terminal transportasi lain juga akan sangat diminati,” terangnya.

Menurut Anton, daerah yang dekat keberadaannya dengan transit oriented development (TOD) tentunya akan memudahkan orang dalam bepergian, termasuk berangkat kerja. Anton menjelaskan, kondisi kebanyakan jalan tol yang saat ini sudah mengalami kemacetan menjadi salah satu kendala apabila menggunakan kendaraan pribadi.

Pemerintah daerah pun memutar otak untuk mengembangkan daerahnya salah satunya seperti yang dilakukan pemerintah Kabupaten Tangerang, Banten, melakukan pembangunan jalan tol Serpong-Balaraja. Jalan ini nantinya akan terhubung dengan Bandara Internasional Soekarno Hatta.

Hal yang senada juga diungkapkan Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adiwinarto, di mana jalan tol kini sudah tidak mampu menampung penggunannya baik dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Masyarakat harus menghabiskan waktu berjam-jam dengan kecepatan yang rendah.

“Lihat saja sekarang, jalan tol pasti macet kan, bisa menghabiskan waktu berjam-jam dan kecepatan rendah. Ini akibat semua pengembangan dulu dipusat di jalan tol aksesnya,” jelasnya.

Jalan tol yang tidak lagi dapat menampung pergerakan lalu lintas, tambahnya, membuat pemerintah harus melakukan mapping area-area yang dekat dengan stasiun maupun sejalur dengan rute bus. Pemerintah juga harus memberikan insentif kepada pengembang yang mau membangun kawasan dekat dengan transportasi publik atau membangun TOD.

“Untuk membangun kota yang terintegrasi harus perhatikan transportasi publiknya yang bisa menciptakan multiplier effect. Tidak hanya masyarakat yang dimudahkan, namun perkembangan daerah tersebut akan lebih baik nantinya,” tandasnya.

Tonton Video Pilihan Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya