5 Trik Atur Uang untuk yang Kerja Sambil Kuliah

Apa pun alasan memilih kuliah sambil bekerja, Anda akan dihadapkan pada tantangan berat dari sisi waktu dan keuangan.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 11 Des 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Des 2017, 08:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi pengajaran kuliah (Foto: Sampoerna University)

Liputan6.com, Jakarta Apakah Anda karyawan yang masih mengambil kuliah? Apa kesulitan terbesar yang Anda rasakan? Apapun alasan memilih kuliah sambil bekerja, Anda akan dihadapkan pada tantangan berat dari sisi manajemen waktu maupun pengelolaan keuangan.

Dari sisi manajemen waktu, hal paling penting Anda harus bisa memastikan agar waktu kuliah dan waktu bekerja tidak saling mengganggu. Untuk itu, Anda perlu memberitahukan kedua belah pihak, baik atasan tempat Anda bekerja maupun  pihak kampus mengenai keadaan yang sesungguhnya.

Dengan demikian, jika ada keperluan mendesak, salah satu pihak bisa lebih bertoleransi.Bagaimana pun juga, kuliah butuh biaya cukup besar. Jika Anda ingin melanjutkan kuliah untuk menunjang karier, ketepatan dalam mengendalikan keuangan mutlak diperlukan.

Posisi sebagai karyawan sekaligus mahasiswa, bisa berpotensi menimbulkan masalah keuangan. Biaya transportasi, makan, bahkan tempat tinggal menjadi masalah dasar yang sering dihadapi.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk pengelolaan keuangan yang sumber utamanya adalah pendapatan sebagai karyawan. Pemasukan harus diimbangi dengan penataan pengeluaran agar tidak terjadi pembengkakan.

Ikuti tips-tips dari Danaxtra.com berikut ini, seperti ditulis Senin (11/12/2017):

1. Hitung biaya kebutuhan sehari-hari

Hal pertama yang perlu Anda perhatikan adalah mengetahui pola konsumsi bulanan dan pengeluaran sehari-hari. Perkiraan ini sangat penting sebagai panduan agar Anda bisa menyisihkan kebutuhan untuk membayar biaya kuliah. Sebagai pendekatan, Anda bisa mempergunakan rata-rata biaya selama beberapa bulan terakhir.

Jadi misalnya, pada September kemarin pengeluaran biaya makan Anda butuh Rp 1,45 juta, Oktober habis Rp 1,5 juta, lalu November habis Rp 1,4 juta. Berarti biaya makan Anda selama sebulan rata-rata Rp 1,45 juta. Lakukan hal yang sama untuk seluruh kategori pengeluaran bulanan.

Jika Anda termasuk tipe yang sulit mengontrol pengeluaran, ambil pengeluaran terbesar sebagai patokan. Contoh di atas, Anda bisa ambil pengeluaranSeptember sebesar Rp 1,45 juta. 

2. Buat proporsi alokasi ideal untuk gaji/penghasilan

Berdasarkan penghasilan, Anda harus menentukan alokasi ideal untuk penggunaan gaji. Jadi misalnya jika saat ini gaji Anda Rp 6  juta per bulan. Sementara biaya kuliah selama 1 semester (5 bulan) adalah Rp 7 5 juta. Meski dibayar per semester, Anda perlu mengalokasikannya secara bulanan untuk memudahkan perencanaan keuangan.

Dalam hal ini, berarti setiap bulan Anda mesti bisa menyisihkan Rp 1,5 juta. Dari contoh di atas, berarti alokasi untuk biaya kuliah adalah 25 persen (Rp 1,5: Rp 6juta). Setelah itu Anda harus menentukan alokasi ideal untuk menabung yaitu 10 persen dari gaji. Dengan demikian jumlahnya Rp600 ribu.

Lalu buat alokasi untuk biaya pokok lain yaitu biaya makan dan tempat tinggal. Dari contoh di atas, berarti biaya makan adalah Rp 1,450:Rp 6 juta = 24 persen, dan alokasi untuk biaya tempat tinggal misalnya untuk membayar kos Rp 1,2juta (20 persen).

Jadi akumulasi untuk alokasi biaya konsumtif lain adalah 21 persen (diperoleh dari 100 persen - 25 persen kuliah – 10 persen tabungan -24 persen biaya makan – 20 persen biaya tempat tinggal).

Hey, Anda mungkin langsung tersenyum kecut karena sisa untuk alokasi biaya konsumtif ideal Anda tinggal 21 persen. Akan tetapi itulah kenyataannya. Anda harus tabah dan disiplin jika tidak ingin pengelolaan keuangan rusak dari bulan ke bulan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Selanjutnya

3. Lakukan penghematan jika kebutuhan bulanan tidak terpenuhi

Jika pengeluaran di luar biaya kuliah, makan, tempat tinggal, dan tabungan tidak memenuhi proporsi ideal seperti di atas, maka Anda perlu mencari cara untuk menghemat kebutuhan biaya bulanan.

Contoh: Biaya belanja dan rutin lainnya selain makan dan kos plus transport adalah Rp 1 juta, alias 17 persen. Karena alokasi biaya konsumtif ideal yang dihitung sebelumnya adalah 21 persen maka pola pengeluaran yang aman untuk Anda adalah (proporsi actual 17 persen) kurang alokasi ideal 21 persen). Masih ada sisa 5 persen, sebaiknya Anda alokasikan untuk menambah tabungan, ya.

Namun jika teryata biaya rutin dan transport ternyata lebih dari itu, misalnya Rp 1,3 juta alias 22 persen, Anda harus berhati-hati dan mencari cara untuk menekan pengeluaran.

4. Sisihkan tabungan dan biaya kuliah

Begitu terima gaji sisihkan tabungan dan biaya kuliah, jangan menunggu waktu lagi. Setelah merancang proporsi ideal di atas, segera praktikkan. Sebagai antisipasi agar rencana keuangan berjalan on the track, bukalah rekening tabungan yang terpisah dari rekening transaksi sehari-hari.

Begitu gaji masuk, segera transfer ke rekening tersebut sesuai alokasi tabungan dan biaya kuliah. Setelah itu, bijaklah menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari.

5. Ajukan beasiswa

Umumnya kampus-kampus menyediakan program beasiswa bagi para mahasiswanya. Coba cari infomasi ke bagian administrasi.Jika Anda berhasil tembus beasiswa, tentu akan sangat meringankan beban biaya kuliah. Tetap bijak, alokasikan biaya kuliah itu untuk menambah tabungan atau biaya rutin yang sejauh ini terasa sangat ketat.

Besarnya pendapatan yang diterima antara masing-masing orang memang berbeda. Namun hal paling penting bukan pada seberapa tinggi pendapatan yang diterima, namun bagaimana mengatur keuangan agar pengeluaran lebih efisien. Tetap semangat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya