Navigasi 109 Bandara di Papua Kini Dilengkapi Radar Canggih

Bandara di Papua punya kesulitan karena geografisnya pegunungan, sehingga landasan tidak panjang. Jadi butuh sistem navigasi yang andal.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Jan 2018, 11:32 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2018, 11:32 WIB
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno mengaku bangga dengan AirNav yang sudah meningkatkan pelayanan navigasi di Tanah Papua. (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno mengaku bangga dengan AirNav yang sudah meningkatkan pelayanan navigasi di Tanah Papua. (Liputan6.com/Fiki Ariyanti)

Liputan6.com, Jayapura Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia, atau lebih dikenal dengan AirNav Indonesia dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), memodernisasi layanan navigasi di 109 bandara di Papua, yang bisa disebut sebagai Trans Udara Papua.

Salah satunya menambah tujuh perangkat radar canggih ADS-B (Automatic Dependen Surveillance Broadcast) produksi nasional.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, mengaku bangga dengan AirNav yang sudah meningkatkan pelayanan navigasi di Tanah Papua. Modernisasi layanan 109 bandara di Papua bersinergi antar BUMN, sehingga biaya pemasangan radar canggih ADS-B tidak ‎memakan biaya tinggi.

‎"Bandara di Papua punya kesulitan karena geografisnya pegunungan, sehingga landasan tidak panjang. Jadi butuh sistem navigasi yang andal, sehingga ke depan, AirNav bisa menjadi pemandu navigasi terbaik di dunia. Itu target kita," ucap dia pada acara Modernisasi Layanan Navigasi di 109 Bandara, Sentani, Jayapura, Jumat (12/1/2018).

Cita-cita ini tidak mustahil diwujudkan. AirNav Indonesia harus mampu membuktikannya karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang membutuhkan beragam moda transportasi. AirNav harus membuat jalur konektivitas di darat, laut, dan udara.

"Di darat ada Trans Jawa, Sumatera. Di laut, fokus pembangunan tol laut, membangun pelabuhan, dan mengaktifkan pelabuhan yang ada. Dan kini kita realisasikan tol udara karena dapat terkoneksi 109 bandara di Papua dengan radar ini, sehingga mempermudah transportasi manusia dan barang," dia menjelaskan.

‎Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Riyanto, mengungkapkan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membangun dari pinggiran di wilayah terpencil, terluar, ‎dan terdepan, perusahaan menginvestasikan Rp 124 miliar pada 2017 untuk melakukan modernisasi perangkat navigasi di Papua.

"‎Kami modernisasi, bangun tower, fasilitas komunikasi, navigasi, surveilance, otomasi, pembangkit tenaga listrik mengingat tantangan penerbangan di Papua cukup tinggi karena kondisi geografisnya pegunungan, perubahan cuaca yang sangat cepat," kata dia.

Dalam upaya memodernisasi layanan navigasi, AirNav menambah tujuh perangkat ‎radar canggih ADS-B yang akan dipasang di tujuh lokasi di Papua, yakni Sentani, Wamena, Oksibil, Dekai, Borome, Senggeh, dan Elilim.

Menariknya perangkat navigasi tersebut diproduksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT INTI (Persero) yang dikembangkan oleh BPPT.

‎"Keseluruhan program ini untuk mendukung program pemerintah, membuka lapangan pekerjaan sehingga kesenjangan harga di Papua dapat ditekan, dan kesejahteraan semakin meningkat," tutur Novie.

 

Amanah Nawacita

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Agus Santoso ‎mengungkapkan, pelayanan navigasi yang lebih modern sesuai dengan amanah Presiden, khususnya Nawa Cita.

"Indonesia punya 283 bandara, tapi di antaranya 109 bandara atau sepertiganya di Papua. Makanya ini kita sebut Trans Udara Papua, supaya penerbangan di daerah bisa lebih lancar dengan aksesibilitas yang lebih terjangkau di 2018‎," katanya.

Pembuatan Trans Udara Papua ditempuh dengan memasang peralatan navigasi penerbangan yang lebih canggih di 109 bandara di Papua. Salah satunya ADS-B yang digunakan sebagai alat bagi pemanduan lalu lintas ‎penerbangan.

"Sebelumnya sudah ada 30 ASD-B di seluruh Indonesia. Ini kita tambah lagi tujuh dari produksi dalam negeri. Sedangkan selama ini kita impor ASD-B dari Amerika Serikat dan Prancis. Jadi tujuh ADS-B ini buatan lokal yang sudah ada sertifikatnya dan diuji sejak 2009 sehingga sudah handal‎ dari segala macam cuaca dan terpaan, bahkan bisa diekspor ke luar negeri," terang Agus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya