Kereta Bandara, Sinergi BUMN Bangun Transportasi Terintegrasi

Menteri BUMN Rini Soemarno menuturkan, kereta bandara merupakan jawaban pemerintah atas tingginya mobilitas penduduk.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 02 Jan 2018, 20:48 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2018, 20:48 WIB
Kereta Bandara Mulai Beroperasi
Rangkaian kereta Bandara Soekarno-Hatta yang mulai beroperasi memasuki peron stasiun Sudirman Baru, Jakarta, Selasa (26/12). Pada 2 Januari, kereta bandara Soekarno Hatta akan diberlakukan tarif normal yaitu Rp 70.000. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengungkapkan, kehadiran kereta bandara yang mulai beroperasi sejak 26 Desember 2017 lalu merupakan buah tangan anak bangsa melalui kerja sama pihak BUMN yang terlibat di dalamnya.

"BUMN bersinergi membangun sebuah transportasi publik bagi masyarakat. Kereta bandara merupakan jawaban pemerintah atas tingginya mobilitas penduduk yang tadinya hanya menggunakan kendaraan pribadi atau sarana transportasi lain, namun saat ini sudah memiliki alternatif transportasi yang lebih nyaman dan menghemat waktu," tutur Rini pada Selasa (2/1/2018).

Pembangunan proyek kereta bandara melibatkan beberapa pihak BUMN, antara lain dua induk perusahaan yaitu PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dan PT Angkasa Pura II (PT AP II), dan satu anak perusahaan yakni PT Railink.

PT KAI membangun prasarana untuk menunjang pengoperasian Kereta Bandara, dengan menyediakan jalur kereta sepanjang 12.1 km dari Stasiun Batuceper menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) beserta jaringan Listrik Aliran Atas (LAA) dan gardu induknya, persinyalan dan telekomunikasi kereta api, penyediaan stasiun, hingga dipo pemeliharaan Kereta Api Listrik (KRL) Railink.

Sementara itu, AP II membangun stasiun Bandara Soetta dan konektivitas Automated People Mover System (APMS) Skytrain yang menghubungkan stasiun bandara menuju seluruh terminal keberangkatan penerbangan.

Railink yang bertindak sebagai operator Kereta Bandara melakukan pengadaan sarana, interior stasiun dan kantor, maintenance tools, overhead crane, serta rekrutmen pegawai. Mereka juga menyediakan Electric Multiple Unit (EMU) sebagai kereta pengangkut penumpang, yang terdiri dari 10 trainset dengan enam car per trainset-nya.

Di sisi lain, Railink juga membangun sistem ticketing secara inhouse bernama Airport Railway Ticketing System (ARTS), sebuah sistem ticketing tanpa loket beserta petugasnya yang mampu melayani pembayaran dengan berbagai macam kartu, mulai dari kartu kredit, debit, prepaid, hingga T-Cash.

Pembangunan kereta bandara juga turut melibatkan PT Len Industri (Persero), yang berperan dalam sistem persinyalan untuk memastikan kereta bandara terus dapat berfungsi dengan baik.

Sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Januari ini, tiket kereta bandara mulai diberlakukan tarif normal, yakni Rp 70 ribu. Sebelumnya pada saat uji coba, harga tiket masih dikenakan pada angka Rp 30 ribu.

Kereta bandara sendiri saat ini terintegrasi pada empat stasiun, yakni Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Duri, Stasiun Batu Ceper, dan Stasiun Bandara Soetta. Nantinya, Stasiun Manggarai juga akan terhubung di jalur kereta ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Stasiun Manggarai Belum Tuntas, Kereta Bandara Tak Maksimal

Kereta Bandara Mulai Beroperasi
Rangkaian kereta Bandara Soekarno-Hatta yang mulai beroperasi memasuki peron stasiun Sudirman Baru, Jakarta, Selasa (26/12). Rencananya, operasional kereta bandara akan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2 Januari 2018. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pengoperasian Kereta Bandara Soekarno-Hatta yang memiliki rute Stasiun Sudirman Baru (BNI City) - Stasiun Bandara pada Selasa pagi.

Pengamat Transportasi Darmaningtyas mengatakan, hadirnya Kereta Bandara Soekarno-Hatta merupakan wujud kehadiran negara dalam melayani kebutuhan transportasi masyarakat.

"Keberhasilan pemerintah Jokowi menyelesakan KA Bandara ini patut diapresiasi. Karena menunjukkan keseriusan dan kesungguhan pemerintahan Jokowi dalam menyelesaikan proyek infrastrutur yang amat sangat strategis ini," kata Darmaningtyas kepada wartawan, Selasa 2 Januari 2018.

Menurut dia, beroperasinya Kereta Bandara layak diapresiasi karena sudah 17 tahun pemerintah berusaha membangun kereta bandara ini, dan baru tahun ini benar-benar direalisasikan.

Namun demikian, menurut dia, masih ada pekerjaan rumah bagi pemerintah dalam mendukung keberadaan kereta bandara ini terutama dalam upaya mengurangi subsidi.

Salah satunya, saat ini kereta bandara menghadapi beberapa tantangan antara lain dari pesaing seperti moda transportaai darat JR Connextion dan angkutan roda empat berbasis online.

Tantangan lainnya adalah kemacetan yang menghadang orang atau calon penumpang yang akan menuju ke Stasiun Sudirman atau BNI City.

”Kalau calon penumpangnya berasal dari Kelapa Gading atau Kampung Rambutan pasti akan memilih angkutan lain daripada harus bermacet macet ke Stasiun Sudirman Baru atau BNI City. Mending mereka pilih Damri atau angkutan online. Apalagi kalau perginya lebih dari 2 orang kalau ke Stasiun Sudirman Baru malah macet hingga jadi kerja 2 kali,” papar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya