Bukan Uang, Warga Venezuela Kini Minta Digaji Pakai Makanan

Nilai barang kebutuhan pokok dan makanan kini melebihi uang yang beredar di Venezuela.

oleh Vina A Muliana diperbarui 16 Jan 2018, 23:12 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2018, 23:12 WIB
Warga Venezuela yang mengantri panjang untuk mendapat kebutuhan pokok (Getty Image)
Warga Venezuela yang mengantri panjang untuk mendapat kebutuhan pokok (Getty Image)

Liputan6.com, Jakarta - Venezuela sedang berada diujung tanduk. Krisis bekepanjangan membuat warga di negara tersebut semakin sulit untuk beraktivitas dan mendapatkan kebutuhan sehari-hari.

Inflasi yang super tinggi berakibat pada nilai mata uang Venezuela kini tidak berharga lagi. Akhirnya, banyak warga Venezuela yang kini lebih memilih mendapatkan gaji dalam bentuk makanan selepas bekerja.

Leonard Altamar salah satunya. Tukang ledeng berusia 41 tahun kini hanya mau bekerja apabila klien memesan jasanya bisa membayarnya dengan makanan.

"Saya baru saja selesai membetulkan mesin cuci piring dan saya mendapat bayaran spaghetti dan sedikit daging. Saya sudah mulai menerima bayaran seperti ini sejak September 2017. Setidaknya keluarga saya bisa makan sedikit," tutur Altamar seperti dikutip dari Miamiherald, Selasa (16/1/2018).

Krisis ekonomi di Venezuela terus memuncak dalam beberapa bulan terakhir. Negara yang dahulunya kaya raya itu kini harus rela menghadapi inflasi yang mencapai 2.600 persen.

Kelaparan pun jadi pemandangan yang bisa ditemukan dengan mudah di jalan. Altamar sendiri mengaku sudah kehilangan berat badan sebanyak delapan kilogram hanya dalam waktu beberapa minggu. Anak laki-lakinya sering harus tidur tanpa mendapat makanan layak sebelumnya.

 Bukan hanya Altamar, banyak orang di Venezuela kini lebih memilih bekerja dengan bayaran makanan. Ada juga seorang teknisi listrik dan tukang kayu yang menolak mengungkap identitasnya telah bekerja demi mendapat makanan selama berbulan-bulan.

"Saya harus menyesuaikan kondisi. Biasanya sebelum bekerja saya bertanya dulu pada klien, apa yang mereka miliki di dapur. Saya kini lebih memilih bertukar jasa dengan makanan daripada uang," kata dia.

Tepung terigu, nasi, minyak sayur, gula, mayonnaise, soda dan barang-barang perawatan diri merupakan beberapa barang yang diburu oleh para pekerja. Nilai barang-barang tersebut kini melebihi uang yang beredar di Venezuela.

Sebagian besar profesi mulai dari pembantu rumah tangga, sopir taksi hingga profesional bersedia ikut serta dalam tren kerja demi makanan. Hal ini mereka lakukan demi menghindari kelaparan dan harga-harga bahan kebutuhan pokok yang terus melejit.

Memulung di Sungai

Warga Venezuela memulung di Sungai (AP)
Warga Venezuela memulung di Sungai (AP)

Warga Venezuela kini harus melakukan berbagai upaya untuk bisa bertahan hidup di tengah krisis ekonomi yang makin memburuk. Alhasil, sejumlah pemuda di negara yang dahulu kaya raya ini pun melakukan sesuatu yang sangat miris.

Beberapa pemuda asal Caracas terpaksa memulung barang-barang berharga di Sungai Guare. Barang-barang yang dicari antara lain perhiasan, potongan logam mulia hingga berbagai barang berharga lainnya.

"Bekerja di Guare tidaklah mudah. Kalau sedang mudah maka semuanya akan cepat selesai. Tapi kalau sedang sulit ya sulit," ungkap salah seorang pemuda bernama Angel Villanueva dilansir Las Vegas Sun.

Potret tentang anak muda Venezuela yang mencari harta dari sampah dan makan dari makanan bekas menjadi simbol krisis ekonomi yang semakin parah. Padahal sebelum jatuh dalam lubang krisis, Venezuela merupakan salah satu negara paling kaya di Benua amerika.

Namun, buruknya pengelolaan sumber daya alam dan anjloknya harga minyak mentah dunia membuat Venezuela terperosok ke jurang krisis ekonomi. Akibatnya pun semakin banyak warga Venezuela yang patah arang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pemandangan sehari-hari di Sungai Guare pun bisa ditebak. Setiap pagi dan siang hari selalu terlihat para pemuda mengais barang berharga. Jika barang yang dicari berhasil didapat mereka akan menukarnya dengan kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan bahan pokok lainnya.

Namun, pencarian tersebut lebih sering tidak membuahkan hasil. Yang mereka peroleh hanya berkubang dalam sungai yang kotor nan keruh. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya