Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) kembali melaksanakan Diklat Pemberdayaan Masyarakat (DPM) di 2018. Diklat ini dilakukan tanpa dipungut biaya.
Untuk tahun ini BPSDMP menyediakan kuota bagi 100 ribu peserta yang tersebar pada 23 Unit Pelaksana Teknis (UPT) di berbagai wilayah Indonesia.
Kepala BPSDM Perhubungan, Djoko Sasono, mengungkapkan bahwa penambahan kuota DPM didasarkan pada kebutuhan dan antusiasme masyarakat mengikuti program tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Melihat antusias masyarakat di tahun 2017 dan peluang di sektor transportasi maka sesuai arahan Bapak Menteri Perhubungan kuota kita siapkan 100 ribu," ungkap Djoko dalam keterangannya, Jumat (2/2/2018).
Sebagaimana diketahui, pada tahun 2017 dengan target 48.335 orang, BPSDMP telah berhasil mendiklatkan 52.427 orang.
Djoko juga mengungkapkan bahwa di tahun 2018 DPM tidak hanya diprioritaskan untuk masyarakat di daerah terluar, terisolisir, rawan bencana dan perbatasan tapi juga bagi masyarakat terdampak pembangunan.
Djoko mencontohkan pemberdayaan masyarakat terdampak pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dimana lembaga yang dia pimpin sudah memberikan diklat kepada 73 orang.
"Seperti di Kertajati, kita sudah mendidik masyarakat terdampak untuk menjadi Avsec sebanyak 48 orang dan Basic Cargo 25 orang, jadi masyarakat sekitar pembangunan akan merasakan langsung manfaat sosial ekonomi dari pembangunan tersebut," jelas Djoko.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Ijazah Minimal SMTP
DPM merupakan pendidikan dan pelatihan gratis bagi masyarakat yang berijazah minimal SLTP dan berusia minimal 16 Tahun, yang diprioritaskan bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan secara ekonomis di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah terluar, terisolisir, rawan bencana dan perbatasan.
Program ini bertujuan membekali kompetensi kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitasnya sehingga mampu bersaing dalam dunia kerja.
Dalam pelaksanaan diklat tersebut, BPSDMP bekerjasama dengan stakeholder, Pemda setempat, Universitas dan Lembaga Pendidikan lainnya.
Adapun jenis diklat yang dilaksanakan antara lain diklat transportasi darat dan kereta api dengan pelatihan pembantu Penguji Kendaraan Bermotor, Penjaga Pintu Perlintasan, Steering and Wheel System, Pengemudi, Teknisi Las, Operator Jembatan Timbang, diklat transportasi laut dengan pelatihan Basic Safety Training (BST), Security Awareness Training (SAT), Advance Fire Fighting (AFF), serta diklat transportasi udara dengan pelatihan Basic Aviation Security, Basic Electrical Installation, Basic Welding, Basic Air Conditioning System, Marshalling, Dangerous Goods Type A and B, Flight Attandent Ground Class, dan Airline Ground Staff.
Untuk diklat matra darat, Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Bekasi mendapat kuota 3.900 peserta, Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ) Tegal 3.930 peserta, Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) Madiun 4.220 peserta, Balai Diklat Transportasi Darat (BP2TD) Palembang 4.040 peserta dan BP2TD Bali 3.900 peserta.
Sedangkan untuk diklat matra laut, Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta mendapat kuota 9.660 peserta, 8.000 peserta di Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang, 7.800 peserta di PIP Makassar, 7.800 peserta di Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya, 6.170 peserta di Balai Diklat Ilmu Pelayaran (BP2IP) Aceh, 5.590 peserta di BP2IP Barombong, 7.540 peserta di BP2IP Tangerang, 2.800 peserta di BP2IP Sorong, 3.470 peserta di Balai Diklat Pelayaran (BDP) Padang, 940 peserta di BDP Minahasa Selatan, dan 240 peserta di Balai Diklat Transportasi Laut (BPPTL) Jakarta.
Dan untuk diklat matra udara, 4.050 peserta di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, 2.800 peserta di Politeknik Penerbangan (Poltekbang) Surabaya, 2.340 peserta di Akademi Teknik dan Keselematan Penerbangan (ATKP) Medan, 3.680 peserta di ATKP Makassar, 2.750 peserta di Balai Diklat Penerbangan (BP3) Palembang, 2.040 peserta di BP3 Curug dan 2.340 peserta di Jayapura.
Advertisement