Menko Darmin Minta Bulog Segera Gelontorkan Beras ke Pasar

Pemerintah ingin harga beras turun jelang puasa dan Lebaran sehingga beras mesti digelontorkan ke pasar baik berasal dari pasokan dalam negeri dan impor.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2018, 12:11 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2018, 12:11 WIB
Harga Beras
Pekerja mengangkut beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (24/8). Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mengumumkan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) komoditas beras. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan pemerintah akan segera menggelontorkan beras impor ke pasaran. Hal tersebut untuk menurunkan harga beras.

"Kami akan melakukan intervensi pasar selama masih ada beras dalam negerinya. Kalau enggak ada, kami pakai yang impor. Apa masalahnya? emangnya itu mau disimpan-simpan," ujar Darmin di Kantornya, Jakarta, Senin (19/3/2018).

Penggelontoran beras tersebut juga dilakukan untuk menurunkan harga beras jelang puasa dan Lebaran 2018. Hal tersebut pun telah dikomunikasikan dengan pihak-pihak terkait.

"Saya sudah minta ke KSP (Kantor Staf Presiden) dan ke satgas. Itu adalah kewenangan BULOG, jangan digembok-gembok itu gudangnya. Kita mau menurunkan harga menjelang bulan puasa dan Lebaran," jelas Darmin.

Darmin Nasution menambahkan, pemerintah tidak membatasi berapa jumlah beras impor yang akan digelontorkan nantinya. "Tidak perlu berapa, kami operasi pasar untuk mendorong harga turun ke arah harga normalnya," ujar dia.

 

Reporter: Anggun Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

Beras Jadi Kontributor Terbesar Lonjakan Impor

Harga Beras
Aktivitas di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, (24/8). HET diatur berdasarkan zonasi di Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB dan Sulawesi dianggap wilayah produsen beras sehingga harga beras medium ditetapkan sekitar Rp 9.450. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, impor barang konsumsi tercatat sebesar US$ 1,38 miliar pada Februari 2018‎. Impor ini melonjak tajam dibanding periode sama di 2017 yaitu sebesar 55,32 persen. Sementara dibandingkan Januari 2018, impor tersebut naik 1,36 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, lonjakan impor barang konsumsi ini didorong oleh impor beras yang dilakukan oleh Perum Bulog sebagai penugasan dari pemerintah.

"Untuk barang konsumsi, ada beberapa barang yang mengalami kenaikan yaitu beras," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis 15 Maret 2018.

Dia menjelaskan, Bulog diberikan tugas untuk mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton. Namun, total kuota impor yang ditugaskan hingga saat ini beras impor yang masuk baru sekitar 230 ribu ton. 

Rinciannya, 120 ribu ton dari Thailand dengan nilai US$ 56,6 juta. Kemudian sebanyak 110.750 ton dari Vietnam dengan nilai US$ 51,5 juta. "Kita tahu impor beras memang dilakukan sebesar 0,5 juta ton," kata dia.

Secara total, impor beras dan tepung beras yang diimpor Indonesia sepanjang Februari 2018 sebanyak 272,8 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 130 juta.

Selain beras, yang menjadi pemicu  lonjakan impor barang konsumsi yaitu impor pesawat latih dengan nilai US$ 27,8 juta. Pada Februari 2017 dan Januari 2018, BPS tidak mencatat adanya impor pesawat tersebut.

Kemudian yang menjadi pemicu lonjakan impor barang konsumsi Februari yaitu impor jeruk Mandarin dan jeruk Kino. Impor komoditas tersebut mencapai US$ 19,8 juta.

‎"Jeruk Mandarin, Kino dari Pakistan nilainya US$ 19,8 juta. Itu yang menyebabkan kenaikan," ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya