Liputan6.com, Jakarta - Harga beras turun pada akhir Februari 2018. Akan tetapi, harga beras masih cenderung tinggi.
Mengutip data food station.co.id, harga beras IR-64 I turun Rp 150 dari posisi Rp 11.675 pada 23 Februari 2018 menjadi Rp 11.525 pada 28 Februari 2018.
Harga beras IR-64 II susut Rp 325 dari Rp 10.725 menjadi Rp 10.400 pada 28 Februari 2018. Dibandingkan 1 Desember 2017, harga beras IR-64 1 di posisi Rp 10.700.
Advertisement
Hal ini juga diakui Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Arief Prasetyo Adi saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (1/3/2018)."Harga beras cenderung turun tapi masih tinggi," ujar Arief.
Baca Juga
Arief mengatakan, harga beras masih tinggi ini juga didorong dari harga gabah. Sedangkan pemerintah sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras. Demikian juga pasokan beras meski sudah impor namun belum seluruhnya keluar ke pasar. Saat ini, menurut Arief, stok beras masih dikunci oleh Bulog. Meski impor beras sudah masuk sekitar 260 ribu ton, menurut Arief, itu untuk meningkatkan cadangan.
Arief menambahkan, panen raya belum sepenuhnya merata. Bila ada panen masing-masing daerah mengamankan dulu pasokannya baru kemudian disalurkan ke wilayah lain.
"Ini panen di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Baru nanti ada panen bulan depan, dua hingga tiga bulan lagi. Kondisi panen di Jawa Tengah, mereka akan penuhi di pasar Jawa Tengah baru ke Jakarta. Panen tersebut untuk wilayah itu dulu," jelas Arief.
Arief menambahkan, saat ini kondisi pasokan beras sudah naik mencapai 30.903 ton pada 27 Februari 2018. Stok beras tersebut naik 858 ton dari posisi 26 Februari 2018 di posisi 30.045 ton. Meski demikian, kondisi pasokan beras tersebut masih jauh dari posisi 27 Februari 2016 di 52.963 ton. "Kondisi pasokan beras sebaiknya di atas 30 ribu ton," kata Arief.
Arief pun menuturkan, bila harga beras dapat kembali stabil dengan menjaga pasokan di gudang Bulog. Diharapkan pasokan Bulog dapat mencapai 1,5 juta ton. Apalagi pemerintah juga ingin menjaga inflasi dan petani. Arief mengatakan, salah satunya dengan seimbangkan pasokan.
"Gudang Bulog harus terisi. Gudang Bulog diisi dulu, bisa dengan ambil panen lokal dan luar misalkan dari impor. Bisa seperti cara Bank Indonesia melakukan intervensi terhadap rupiah bila tertekan. Bulog dengan operasi pasar," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Â
Harga Beras Tak Kunjung Turun, Inflasi Februari Bakal Meroket?
Sebelumnya, harga beras yang tak kunjung turun diprediksi akan mengerek inflasi Februari 2018. Inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) pada pekan ketiga bulan ini berada dalam kisaran 0,19 persen secara month to month (MoM), berdasarkan data Bank Indonesia (BI).
Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, inflasi Februari ini akan didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas pangan, seperti bawang putih, cabai merah, dan beras. Sayangnya BI tidak memprediksi inflasi pada bulan kedua ini.
"Selain itu, komoditas seperti daging, ayam dan telur ayam menjadi sumber deflasi," ucapnya di sela-sela acara konferensi internasional tingkat tinggi (High Level Internasional Conference) bertemakan "Models ini a Changing Global Landscape" di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa 27 Februari 2018.
Lebih lanjut Agus mengatakan, BI telah cukup lama memperhatikan tingginya harga beras. Menurutnya, kebijakan impor beras oleh pemerintah tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan di dalam negeri.
Dengan adanya Tim Pengendali Inflasi (TPID), kata dia, diharapkan dapat menjaga inflasi dari gejolak pangan, seperti beras agar tidak lebih dari 4-5 persen. Pasalnya BI akan tetap menjaga inflasi pada angka 3,5 plus minus 1 persen.
"Tetapi ini tantangan (kenaikan harga beras), karena sepanjang 2018-2019, kita akan terus jaga inflasi pada kisaran 3,5 persen," pungkas Agus.
Advertisement