China Umumkan Tarif Baru 106 Produk AS

Langkah China tersebut dapat meningkatkan kekhawatiran global terhadap perang dagang antara AS dan China.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Apr 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2018, 06:30 WIB
Ekonomi China
Foto: npr.org

Liputan6.com, Beijing - China mengumumkan pengenaan tarif buat 106 produk asal Amerika Serikat (AS). Langkah tersebut dapat meningkatkan kekhawatiran global terhadap perang dagang antara AS dan China.

Adapun kapan pengenaan tarif itu diberlakukan belum diumumkan. Kementerian Perdagangan China mengatakan, pengenaan tarif itu dirancang untuk pengenaan tarif produk AS hingga USD 50 miliar setiap tahun.

Pengenaan tarif hingga 25 persen atas impor barang AS itu termasuk kedelai, mobil, dan wiski. Langkah dilakukan China itu kurang dari 24 jam usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan daftar barang impor China kena tarif.

Trump mengusulkan sejumlah sektor yang produk kena tarif antara lain robot, teknologi informasi, komunikasi dan penerbangan.

Pertikaian perdagangan antara AS dan China ini mengguncang investor dan memicu kekhawatiran pasar kalau perselisihan itu dapat memicu perang dagang lebih besar. Potensi perang dagang tersebut pun dinilai menjadi perhatian pelaku pasar.

“Saya pikir itu pertarungan di sektor perdagangan. Saya pikir kecemasan pasar mencerminkan hal itu dapat meningkat menjadi perang dagang,” ujar Kepala Riset Goldmand Sachs, Peter Oppenheimer seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (5/4/2018).

Pengumuman China tersebut mendorong bursa saham Eropa melanjutkan tekanan. Sedangkan bursa saham AS cenderung menguat di tengah kekhawatiran perang dagang/

Di pasar uang, yuan China juga melemah terhadap dolar AS dalam dua minggu. Mata uang China turun 0,4 persen terhadap dolar AS.

 

AS Rilis Daftar Produk China Kena Tarif

Donald Trump Tinjau Tembok Prototipe di San Diego
Presiden AS, Donald Trump berbincang saat melakukan perjalanan untuk melihat prototipe tembok perbatasan AS dan Meksiko di San Diego, Selasa (13/3). Tembok ini adalah perwujudan dari janji Trump pada kampanye presiden 2016 lalu. (AP/Evan Vucci)

Sebelumnya, kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali meningkat. Pemerintahan AS di bawah pimpinan Donald Trump menerbitkan daftar 1.300 barang dari China yang akan kena tarif.

Sebelumnya  AS berencana pengenaan tarif hingga USD 50 miliar untuk barang China. Langkah AS itu sebagai sanksi kepada China terkait dugaan pencurian rahasia dagang termasuk perangkat lunak, barang paten dan teknologi lainnya. Pengenaan tarif tersebut mencapai 25 persen untuk semua produk.

AS menargetkan tarif untuk sejumlah industri di China antara lain penerbangan, teknologi, dan mesin. Kemudian target selanjutnya peralatan medis, obat-obatan, pendidikan. Bahkan AS mengenakan tarif untuk alat bantu dengar, peralatan mesin sinar X, dan lainnya.

Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan Besar China di AS mengatakan pihaknya mengutuk keras dan menentang daftar yang diusulkan.

Kedutaan Besar China akan membawa masalah itu ke Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO). China ingin perlakuan yang sesuai ukuran untuk skala dan kekuatan yang sama terhadap produk AS.

Pengenaan tarif impor untuk barang China belum akan berlaku segera. Pemerintahan AS akan mengadakan dengar pendapat publik untuk pelaku usaha AS pada 15 Mei. Setelah itu, waktu pengenaan tarif impor barang China juga belum jelas.

Para pelaku usaha AS mengatakan pemerintah mendiagnosis masalah China dengan benar. Namun sayang memiliki “obat” yang salah untuk atasi masalah tersebut.

“Pemerintah benar-benar fokus pada pemulihan keadilan dan keadilan dalam hubungan perdagangan dengan China. Namun, memaksakan pajak pada produk yang digunakan setiap hari oleh konsumen AS dan pencipta lapangan bukan cara untuk mencapai tujuan itu,” ujar Myron Brilliant, Wakil Kepala Kamar Dagang dan Industri AS, seperti dikutip dari laman CNN Money, Rabu (4/4/2018).

Sementara itu, para petani Amerika Serikat juga meminta pemerintah AS tidak mengenakan tarif terhadap barang China. Petani AS mengkhawatirkan aksi balas China yang termasuk pembeli terbesar tanaman AS.

“Kami terus mendesak pemerintah untuk mendengarkan petani di pedesaan AS yang tidak mampu bayar pajak baru untuk ekspor mereka,” kata Max Baucus, mantan Senator dari Partai Demokrat.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya