Jurus Kementan Capai Swasembada Bawang Putih di 2021

Kementerian Pertanian terus mendorong peningkatan produksi, khususnya di daerah penghasil bawang putih, salah satunya di Ciwidey, Jawa Barat.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Jun 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2018, 17:00 WIB
Bawang Putih
Seorang pedagan bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati sedang merapihkan dagangannya, Jakarta, Jumat (19/6/2015). (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan swasembada bawang putih pada 2021. Untuk itu, kementerian ini terus mendorong peningkatan produksi, khususnya di daerah penghasil bawang putih, salah satunya di Ciwidey, Jawa Barat.

Kepala Seksi Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Fely Fitriani mengatakan, Ciwidey‎ merupakan salah satu penghasil dan pemasok bawang putih di wilayah Jabodetabek. Sejak tahun 1979, ciwidey sudah dikenal sebagai penghasil bawang putih khususnya bawang putih muda. 

"Selama kurun waktu 5 tahun terakhir ini, semangat petani bawang putih semakin tinggi mengingat permintaan pasokan dan harga sesuai dengan harapan para kelompok tani," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (24/6/2018).

Dia mengungkapkan, potensi pengembangan bawang putih di Kabupaten Bandung mencapai 10 ribu hektare (ha), yang meliputi Kecamatan Pasir Jambu dan Ciwidey sekitar 5.000 ha, Kecamatan Cimenyan 3.000 ha dan dan Kecamatan Pengalengan 2.000 ha.

“Kami siap menyukseskan swasembada bawang putih 2021," lanjut dia.

Ketua Kelompok Tani Bawang putih Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey, Muhtar mengatakan Luas tanam bawang putih eksisting mencapai 30 ha, dengan varietas yang ditanam meliputi Lumbu Hijau, Lumbu Kuning, Tawanmangu Baru dan Sangga Sembalun.

Produktivitas rata rata bisa mencapai 12 hingga 15 ton per ha. Harga panen basah mencapai Rp. 13 ribu per kg. Untuk panen muda harganya lebih tinggi yaitu Rp 20 ribu per ha.

“Alasanya karena selama ini pemasok bawang putih muda sebagian besar dipasok dari Ciwidey Kabupaten Bandung, sedangkan harga benih kami jual Rp 60 ribu,” sebutnya.

Ketua Kelompok Sauyunan Desa Marga Mekar Kecamatan Pengalengan, Juhara menambahkan sentra bawang putih di wilayanya telah mengembangkan manajemen tanam yang disepakati oleh kelompok. 

Dalam sistem majemen tersebut, minimal harus ada tanam dan panen 2 ha per hari. Sebab bila kurang dari 2 ha maka pasokan ke wilayah Jabodetabek berkurang.

“Wilayah kami tidak mengenal off season karena air tersedia sepanjang tahun. Kekurangan pasokan biasanya kami mengambil dari Tegal. Permintaan pasokan selama ini dari Jakarta, Bandung, Bogor. Permintaan Kebutuhan setiap hari 400 kg hingga 600 kg atau 3,6 ton per minggu dengan harga Rp 15 ribu per kg,” sambungnya.

Pertanaman pada periode Oktober-November di Ciwidey dan sentra lainnya di peruntukkan untuk kebutuhan imlek di bulan Januari sampai pertengahan Februari dengan rata rata permintaan 5.000 kg-7.000 kg per hari, dengan harga rata Rp 17 ribu-Rp 25 ribu per kg.

Daerah Potensial

Ilustrasi Bawang Putih. (Ist)
Ilustrasi Bawang putih.(Ist)

Sementara itu,  Kasubdit Bawang dan Sayuran Umbi Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Agung Sunusi‎ menyatakan, Kabupaten Bandung sangat potensial untuk pengembangan bawang putih sekaligus menjadi penyangga nasional setelah Sembalun Lotim, Temanggung dan Magelang.

Selama 2 tahun terakhir alokasi APBN dialokasikan untuk support bantuan benih, pupuk organik, pupuk kimia, alsintan berupa kultivator dan pompa air serta bahan pengendali OPT ramah lingkungan.

“APBN hanya sebagai stimulan sehingga partisipasi dan swadaya petani menjadi salah kunci keberhasilan pengembangan bawang Putih nasional,” ungkap dia.

Di samping itu, kata Agung, mengingat potensi pengembangan bawang putih di Kabupaten Bandung yang cukup besar bisa mencapai 10.000 ha bahkan lebih. “Ke depan sangat prospektif menjadi mitra pengembangan wajib tanam dengan importir,” tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya