Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Pertamax Cs mulai 1 Juli 2018 pukul 00.00 WIB. Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi ini berlaku di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Harga Pertamax naik Rp 600 menjadi Rp 9.500 per liter. Kemudian harga Pertamax Turbo naik Rp 600 menjadi Rp 10.700 per liter. Sementara harga Pertamina Dex naik Rp 500 menjadi Rp 10.500 per liter. Harga Dexlite naik Rp 900 menjadi Rp 9.000 per liter.
Baca Juga
Sedangkan Pertamax racing tetap Rp 42.000, dan Pertalite masih dibanderol Rp 7.800 per liter. Harga solar nonsubsidi, premium dan biosolar juga tak berubah.
Advertisement
Vice President Corporate Communication, Adiatma Sardjito menuturkan, kenaikan harga bahan bakar minyak nonsubsidi itu akibat terus meningkatnya harga minyak dunia.
"Minyak mentah itu lebih dari 90 persen untuk pembentukan harga. Apalagi sekarang kita sudah jadi negara pengimpor minyak," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (1/7/2018).
Tak hanya harga minyak yang meroket, kenaikan harga Pertamax Cs juga dipicu menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah. "Meski kontribusinya tidak begitu besar," terang dia.
Harga Minyak Naik
Harga minyak menguat didorong kekhawatiran sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran akan hapus volume minyak mentah dari pasar dunia di tengah meningkatnya permintaan global.
"Sekarang semua fokus pada masalah pasokan cadangan dan ke depannya. Perhatian pasar telah bergeser menjadi serentetan gangguan usai berminggu-minggu fokus pada pasokan dari OPEC dan produsen besar lainnya,” ujar Tamar Essner, Analis Nasdaq, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (29/6/2018).
Harga minyak AS naik 62 sen per barel menjadi USD 74,08 pada pukul 1.22 waktu setempat. Harga minyak berada di jalur kenaikan selama sepekan dengan tumbuh 8,2 persen. Harga minyak sempat sentuh level tertinggi USD 74,43 sejak 26 November 2014.
Harga minyak Brent naik USD 1,54 menjadi USD 79,39 per barel. Harga minyak sempat melompat sebanyak USD 1,85 ke level tertinggi USD 79,70. Harga minyak Brent menguat lima persen selama sepekan.
"Semua potensi kekurangan dapat melampaui peningkatan produksi yang disepakati oleh OPEC dan usia,” kata Direktur Manajemen Risiko EMI DTN, Dominick Chrichella.
Ia mencatat risiko, pasokan Iran dapat berkurang lebih lanjut sehingga negara lain ikuti jejak AS dan pemangkasan impor. Pemerintah AS berharap produsen minyak besar lainnya yang tergabung dalam the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia akan meningkatkan produksi untuk mengimbangi kehilangan minyak mentah Iran.
Namun, gangguan yang tidak direncanakan di Kanada, Libya dan Venezuela telah membuat pasar minyak dunia ketat. Sejumlah analis dan investor berharap penegakan sanksi AS yang ketat akan mendorong harga minyak.
"Semakin jelas Arab Saudi dan Rusia akan berjuang untuk kompensansi potensi kerugian dalam produksi minyak dari Venezuela, Iran dan Libya,” kata Abhishek Kumar, Analis Interfax Energy.
Dalam survei Reuters menyebutkan, 35 ekonom dan analis memperkirakan rata-rata harga minyak Brent akan berada di posisi USD 72,58 per barel atau 90 sen lebih tinggi dari perkiraan USD 71,69.
Advertisement