Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menelepon Raja Salman untuk membahas kenaikan harga minyak dunia.
Trump meminta Arab Saudi untuk menambah produksi agar harga minyak dapat stabil. Itu karena saat ini kondisi negara produsen minyak seperti Iran dan Venezuela sedang bergejolak.
Advertisement
Baca Juga
Hal itu disampaikan Trump lewat akun Twitter resminya.
Just spoke to King Salman of Saudi Arabia and explained to him that, because of the turmoil & disfunction in Iran and Venezuela, I am asking that Saudi Arabia increase oil production, maybe up to 2,000,000 barrels, to make up the difference...Prices to high! He has agreed!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 30, 2018
"Baru saja berbincang dengan Raja Salman dari Arab Saudi dan menjelaskan padanya, akibat adanya gejolak dan disfungsi di Iran dan Venezuela, saya meminta agar Arab Saudi menambah produksi minyak, mungkin sampai 2.000.000 barel untuk menutupi selisih..." tulis Trump.
Trump turut menambahkan Raja Salman sudah setuju atas permintaannya. Tetapi, menurut para pakar, Saudi tidak akan bisa menambah dua juta bpd (barrel per day) minyak.
Analis pasar minyak Pierre Andurand menyebut Saudi hanya berusaha membuat Trump percaya diri, supaya AS bisa terus keras ke Iran.
"Saya kira Arab Saudi hanya ingin membuat Trump agar terus bertindak keras ke Iran," ucapnya seperti dikutip Reuters, Senin (2/7/2018).
Hal senada disampaikan Gary Ross, Head of Global Oil Analytics di S&P Global, yang menjelaskan penambahan produksi minyak sampai dua juta barel tidak realistis.
"Pihak Saudi tidak memiliki kapasitas menambah dua juta bpd karea itu berarti mereka harus memproduksi sampai 12 juta bpd. Mereka bisa memproduksi maksimal 11 juta saja dan itupun akan memberatkan sistem mereka," jelas dia.
Sebagai informasi, Arab Saudi memproduksi lebih dari 10 juta bpd minyak pada Mei lalu. Negara itu bertekad menambah produksi sebanyak 11 juta bpd pada Juli ini.
Reporter: Tommy Oetomo
Â
Â
Pertamax Juga Naik Ikuti Harga Minyak Dunia
Kenaikan harga minya dunia diikuti oleh kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia.
PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Pertamax Cs mulai 1 Juli 2018 pukul 00.00 WIB. Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi ini berlaku di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Harga Pertamax naik Rp 600 menjadi Rp 9.500 per liter. Kemudian harga Pertamax Turbo naik Rp 600 menjadi Rp 10.700 per liter. Sementara harga Pertamina Dex naik Rp 500 menjadi Rp 10.500 per liter. Harga Dexlite naik Rp 900 menjadi Rp 9.000 per liter.
Sedangkan Pertamax racing tetap Rp 42.000, dan Pertalite masih dibanderol Rp 7.800 per liter. Harga solar nonsubsidi, premium dan biosolar juga tak berubah.
Vice President Corporate Communication, Adiatma Sardjito menuturkan, kenaikan harga bahan bakar minyak nonsubsidi itu akibat terus meningkatnya harga minyak dunia.
"Minyak mentah itu lebih dari 90 persen untuk pembentukan harga. Apalagi sekarang kita sudah jadi negara pengimpor minyak," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (1/7/2018).
Tak hanya harga minyak yang meroket, kenaikan harga Pertamax Cs juga dipicu menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah. "Meski kontribusinya tidak begitu besar," terang dia.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Advertisement