Survei Kebutuhan Listrik di Pedalaman, PLN Terjunkan 200 Mahasiswa

Selama ini untuk mendata wilayah-wilayah terpencil, pihaknya memanfaatkan data dari citra satelit yang dimiliki Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

oleh Septian Deny diperbarui 24 Jul 2018, 20:22 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2018, 20:22 WIB
PLN melistriki desa di Kabupaten Natuna (Dok Foto: Liputan6.com/Nurseffi Dwi Wahyuni)
PLN melistriki desa di Kabupaten Natuna (Dok Foto: Liputan6.com/Nurseffi Dwi Wahyuni)

Liputan6.com, Papua - PT PLN (Persero) akan menerjunkan 200 mahasiswa ke wilayah pedalaman dan terpencil untuk mendata kebutuhan listrik masyarakat di wilayah-wilayah tersebut.

Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua PLN Ahmad Rofik mengatakan, selama ini untuk mendata wilayah-wilayah terpencil, pihaknya memanfaatkan data dari citra satelit yang dimiliki Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

"Untuk melistriki itu kita butuh data-data desa, selama ini hanya melalui citra satelit," ujar dia di Kabupaten Mappi, Papua, Selasa (24/7/2018).

Namun agar data dari citra satelit tersebut lebih akurat, maka PLN menerjunkan mahasiswa khususnya yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) di lima perguruan tinggi untuk membantu mendata wilayah tersebut secara langsung.

"Nah, sekarang dari data citra satelit kita survei langsung menggunakan lima universitas kita ajak teman-teman pecinta alam. Ada UI, ITB, UGM, ITS dan Universitas Cenderawasi. Ada 200 mahasiswa diterjunkan," kata dia.

Menurut Ahmad, para mahasiswa tersebut ditugaskan untuk mengidentifikasi potensi sumber daya alam di wilayah terpencil yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik serta jumlah kepala keluarga (KK) yang mendiami wilayah tersebut.

"Untuk mengidentifikasi potensi desa. Termasuk berapa KK yang tinggal. Bagaimana kondisi ekonominya. Sehingga kita bangun pembangkit yang betul-betul memanfaatkan sumber daya lokal," tandas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


PLN Resmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kampung Enem Papua

PLTS di Kampung Enem merupakan bagian dari program 51 Desa Baru Terlistriki di wilayah Papua dan Papua Barat. Liputan6.com/Septian Deny
PLTS di Kampung Enem merupakan bagian dari program 51 Desa Baru Terlistriki di wilayah Papua dan Papua Barat. Liputan6.com/Septian Deny

PT PLN (Persero) meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kampung Enem, Kabupaten Mappi, Merauke, Papua.‎ PLTS tersebut merupakan bagian dari program 51 Desa Baru Terlistriki di wilayah Papua dan Papua Barat.

General Manajer Wilayah Papua dan Papua Barat PLN Ari Dartomo mengungkapkan, program ini merupakan bentuk realisasi dari komitmen PLN dan pemerintah untuk melistriki seluruh wilayah Indonesia, termasuk di wilayah terpencil seperti di Kampung Enem ini.

‎"Pembangunan kelistrikan di Papua dan Papua Barat. PLN bertekad melistriki tanah Papua tanpa terkecuali. Kami canangkan 1.200 desa dilistriksi secara bertahap. Diharakan tidak hanya mencakup dari 50 persen desa di Papua dan Papua Barat. Jika digabungkan dengan (program) Kementerian ESDM diharapkan 90 persen lebih terlistriki," ujar dia di Kampung Enem, Papua, Selasa (24/7/2018).

Dia mengungkapkan, PLTS tersebut memiliki kapasitas 100 kWP dengan nilai investasi sebesar Rp 8,72 miliar. PLTS ini akan mengaliri listrik ke tiga desa di sekitarnya, yaitu Kampung Enem, Kampung Rep, dan Kampung Paedam.

"PLTS 100 kWp, jaringan JTR yang dibangun 1,1 km sirkuit, jumlah pelanggan 41 (di kampung Enem). Jadi masih terbuka untuk tambahan pelanggan, sehingga masyarakat bisa menikmati listrik," ungkap dia.

Sementara itu, Bupati Mappi, Kristosimus Agawemu mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dimiliki Kabupaten Mappi tidak mencukupi untuk pembangunan pembangkit listrik dan jaringan listrik. Oleh sebab itu, dia berharap lebih banyak bantuan PLN dan pemerintah pusat untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayahnya.

‎"APBD penerimaan kita Rp 1 triliun, benja pegawai Rp 400 miliar, hibah orang sakit Rp 20 miliar, anggaran untuk 1 distrik Rp 2 miliar dan lain-lain. Ini harus bangun infrastruktur ke seluruh distrik dan kampung. Sangat tidak cukup kalau kami mau melistriki semua distrik, karena butuh biaya yang besar. Saya sampaikan bahwa kondisi kami saat ini kalau harus bangun fisik sangat tidak bisa," tandas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya