Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) terus mengeluarkan strategi demi menghadapi berbagai sentimen global yang menjadikan ekonomi Indonesia turut terpengaruh. Beberapa waktu lalu BI telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen. Lalu apakah level tersebut sudah cukup?
Corporate Secretary PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Ryan Kiryanto megatakan, BI akan tetap menahan suku bunga acuannya di kisaran 5,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan di pertengahan Agustus mendatang.
Advertisement
Baca Juga
"Saya kira BI tetap akan menahan baik BI 7 Day Repo Rate, maupun deposit facility, landing facility pada siatuasi sekarang," kata Ryan saat ditemui di, Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (31/7).
Ryan mengatakan, salah satu alasan BI menahan suku bunga acuan tersebut mengingat kondisi ekonomi nasional saat ini mulai stabil.
"Saya kira tetap bertahan. Kenapa? Karena tingkat volatailty dan tingkat ketidakpastian sudah mulai berkurang. Bukan mereda tapi udah berkurang," imbuhnya
Kondisi di Amerika Serikat (AS) sendiri pun sudab jauh lebih tenang. Kemudian isu perang dagang juga sudah mulai meredam. Namun justru begeser ke isu perang mata uang. "Tapi itu klo kita belajar di tahun lalu, itu fenomena di kejadian yang normal," imbuhnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kenaikan Bunga The Fed
Sebelumnya, Kepala Grup Riset Makroprudensial Departemen Kebijakan Makro Prudensial BI, Retno Ponco Windarti, menjelaskan sentimen kenaikan bunga oleh The Fed masih bakal terjadi sampai akhir 2018.
Maka dari itu, dia memastikan Bank Indonesia tetap membuka peluang untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya jika memungkinkan. "Kami tidak menutup kemungkinan untuk itu (menaikkan bunga acuan), kalau ada peluang kenaikan akan dilakukan," kata Retno.
Bank Indonesia sudah memiliki sejumlah strategi jika The Fed benar-benar menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 4 kali. Jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan prediksi sebelumnya yakni 3 kali sepanjang 2018.
Meski demikian, Retno menegaskan jika nantinya suku bunga dinaikan, Bank Indonesia akan mengimbangi dengan memberikan kebijakan yang sifatnya stimulus, seperti sebelumnya kelonggaran Loan to Value (LTV). "Yang pasti secara bilateral setiap ada jamu pahit juga ada jamu manis," tambahnya
Advertisement