BI Sebenarnya Masih Mau Turunkan Suku Bunga, Tapi…

BI tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan, dengan memastikan kebijakan yang diterapkan tetap mendukung stabilitas makroekonomi negara.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Nov 2024, 18:45 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2024, 18:45 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan ruang untuk penurunan suku bunga masih terbuka, asalkan inflasi tetap terkendali dan pertumbuhan ekonomi terus menunjukkan angka positif.

"Apakah masih terbuka ruang penurunan suku bunga? Ya masih, dengan inflasi yang rendah maupun pertumbuhan ekonomi," kata Perry dalam pengumuman Hasil RDG November 2024, Rabu (20/9/2024).

Menurut Perry, kebijakan suku bunga Bank Indonesia akan terus mempertimbangkan sejumlah faktor, terutama pergerakan nilai tukar rupiah yang sangat berpengaruh terhadap inflasi dan perekonomian secara keseluruhan. Selain itu, BI juga akan mengamati prospek inflasi, yang tetap rendah, serta perkembangan data ekonomi yang terus dinamis.

"Ke depan mengenai suku bunga BI akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang terus berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan BI rate lebih lanjut," ujarnya.

Lebih lanjut, terkait kebijakan moneter akan disesuaikan dengan kondisi ekonomi domestik dan global, untuk memastikan stabilitas ekonomi jangka panjang. Dengan inflasi yang terkendali, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap tumbuh positif, BI akan terus mencermati ruang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut.

"Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal juga diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan momentum pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Adapun diharapkan ke depannya penurunan suku bunga ini  dapat memberikan stimulus lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi, terutama di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Namun, BI tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan, dengan memastikan kebijakan yang diterapkan tetap mendukung stabilitas makroekonomi negara.

 

BI Tahan Suku Bunga 6% di November 2024

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu, 20 November 2024. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu, 20 November 2024. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) 6,00%, suku bunga Deposit Facility  5,25%, dan suku bunga Lending Facility  6,75% pada November 2024.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19-20 November memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6 persen, Deposit Facility  tetap 5,25%, dan suku bunga Lending Facility tetap 6,75%," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024).

Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi pada sasaran 2,5±1% pada tahun 2024 dan 2025 serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Perry menegaskan, fokus kebijakan moneter dalam jangka pendek ini diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak meningkatnya ketidakpasian pasar keuangan global dan perkembangan politik di Amerika Serikat.

"Ke depan Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan dengan tetap memperhatikan prospek inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

 

Kebijakan Makroprudensial

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Dengan demikian, kebijakan sistem pembayaran diarahkan juga untuk turut mendorong pertumbuhan, khususnya sektor perdagangan baik besar maupun ritel maupun UMKM, memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya