Masuk Musim Pancaroba, Nelayan Diimbau Waspada Gelombang Tinggi

Jika ditinjau secara klimatologi, bulan September adalah saat musim transisi atau pancaroba. Secara bertahap akan turun hujan, meskipun belum merata di seluruh wilayah Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Sep 2018, 11:55 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2018, 11:55 WIB
Musim Pancaroba
Ilustrasi Foto Musim Pancaroba (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan Indonesia mulai memasuki musim pancaroba atau peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan. Masyarakat khususnya nelayan pesisir pantai diminta untuk mewaspadai potensi terjadinya hujan lebat, angin kencang, serta gelombang tinggi hingga 4 meter.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, jika ditinjau secara klimatologi, September ini akan mulai memasuki musim transisi atau pancaroba. Secara bertahap akan turun hujan, meskipun belum merata di seluruh wilayah Indonesia.

"Salah satu karakter hujan di masa pancaroba adalah sangat lebat disertai petir dan angin kencang. Hujan di masa pancaroba berdurasi singkat dan biasanya turun pada siang hari dan menjelang malam hari," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (5/9/2018).

Menurut dia, awal musim hujan akan terjadi pada Oktober sampai Desember 2018, sementara puncak musim hujan terjadi pada Januari-Februari 2019. Namun, setiap wilayah memiliki waktu yang berbeda-berbeda dalam memasuki musim hujan.

Berdasarkan pengamatan BMKG, terdapat aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) atau massa udara basah dan fenomena gelombang atmosfer (Rossby & Kelvin Wave) yang cukup signifikan terjadi di wilayah Indonesia. Akibatnya, terjadi peningkatan curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia.

Oleh karena itu, Dwikorita mengimbau masyarakat waspada terhadap perubahan cuaca yang ekstrem seperti hujan lebat disertai petir dan angin kencang, terutama antara siang dan menjelang malam hari selama periode tiga hari ke depan.

"Awal musim hujan di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan NTB terjadi pada Oktober 2018. Sementara awal musim hujan di wilayah NTT, Sulawesi, Maluku, dan Papua mulai pada November 2018," ungkap dia.

Di Pesisir

Ilustrasi nelayan.
Ilustrasi nelayan. (AFP/SAID KHATIB)

Sementara itu, para nelayan dan masyarakat pesisir juga diminta waspada terhadap potensi gelombang tinggi 2,5-4,0 meter hingga tujuh hari ke depan.

"Gelombang ini diperkirakan akan terjadi di Perairan Bengkulu hingga Barat Lampung, Perairan Selatan Banten, Samudera Hindia Barat Bengkulu Hingga Lampung, Samudra Hindia Selatan Banten," kata dia.

Pada September, di Laut Jawa bagian tengah, Laut Arafuru, Perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan Tanimbar akan terjadi gelombang setinggi 1,25-2,5 meter. Adapun di Samudra Hindia barat Sumatera, Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTT gelombang mencapai 2,5-4,0 meter

Untuk Oktober, yaitu Laut Natuna utara, Pesisir Bengkulu, Laut Jawa bagian tengah, Laut Arafuru, Perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan Tanimbar diprediksi akan terjadi gelombang setinggi 1,2-2,5 meter.

Potensi gelombang setinggi 2,5-4,0 meter juga berpeluang terjadi di Samudra Hindia barat Sumatera, perairan selatan Jawa-Sumba, Samudra Hindia selatan Jawa-NTT.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya