Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di tengah gejolak global dan memanasnya tensi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Setelah melonjak tajam pada sesi Amerika hari Kamis (10/4/2025) dan menyentuh rekor tertinggi baru di USD 3.175 per troy ons, harga emas kembali mencetak level tertinggi sepanjang masa di kisaran USD 3.210 saat sesi Asia pada Jumat pagi (11/4/2025).
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, penguatan harga emas saat ini merupakan hasil dari tekanan geopolitik dan respons pasar terhadap data inflasi AS yang mengejutkan
Advertisement
Baca Juga
.“Secara teknikal, pola candlestick dan pergerakan indikator Moving Average menunjukkan tren bullish yang semakin solid. Jika tidak ada gangguan, harga berpotensi menguji level resistance berikutnya di USD 3.225,” ujar Andy dalam keterangan tertulis, Jumat (11/4/2025).
Advertisement
Namun, Andy juga menekankan bahwa potensi koreksi tetap perlu diwaspadai, terutama jika terjadi aksi ambil untung di pasar. “Apabila harga gagal mempertahankan momentum bullish dan terjadi pembalikan arah, maka level USD 3.182 bisa menjadi titik support penting dalam jangka pendek,” tambahnya.
Kondisi makroekonomi saat ini memang sangat mendukung penguatan harga emas. Melemahnya Dolar AS menjadi salah satu katalis utama, setelah data inflasi AS menunjukkan penurunan yang lebih besar dari ekspektasi.
Perang Dagang Meningkat
Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Maret turun menjadi 2,4% YoY, dibandingkan bulan sebelumnya di 2,8%, dan lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 2,6%. Penurunan inflasi ini memberikan ruang bagi The Fed untuk tetap mempertahankan suku bunga, meskipun tekanan geopolitik tetap menjadi fokus utama pasar.
Di sisi lain, tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat tajam. Presiden AS, Donald Trump, secara mendadak menaikkan tarif terhadap produk China hingga 125%, sebagai tanggapan atas kebijakan balasan dari Beijing sebesar 84%.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa total tarif terhadap China kini mencapai 145%. Langkah ini meningkatkan kekhawatiran terhadap potensi perlambatan ekonomi global dan semakin mendorong investor untuk mengalihkan dana ke emas.
Meskipun ekspektasi penurunan suku bunga The Fed mulai berkurang, pasar tetap memperkirakan adanya penurunan suku bunga lanjutan pada bulan Juni, dengan kemungkinan penurunan hingga 1% sepanjang tahun ini. Sentimen ini menahan laju penguatan Dolar AS dan memperkuat daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian.
Advertisement
Target Hari Ini
Secara keseluruhan, Andy Nugraha menyimpulkan bahwa tren harga emas masih dalam jalur kenaikan yang kuat.
Kombinasi antara ketegangan geopolitik, inflasi rendah, dan sentimen dovish dari bank sentral global menjadi bahan bakar utama bagi penguatan harga emas dalam waktu dekat.
Target utama hari ini tetap pada USD 3.225, dengan pengawasan ketat terhadap zona support di USD 3.182.
