Liputan6.com, Jakarta Tipisnya pasokan membuat harga cabai di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (19/10/2018), melambung. Khususnya cabai merah keriting, yang sejak beberapa pekan lalu harganya terus merangkak naik.
Surati (50), pedagang sayur di Pasar Kebayoran Lama mengeluhkan, harga jual cabai merah keriting terus naik selama satu pekan terakhir, yang kini berada di posisi Rp 40 ribu per kilogram (kg).
Advertisement
Baca Juga
"Ini udah naik seminggu. Tadinya Rp 35 ribu (per kg), sekarang Rp 40 ribu (per kg). Dia cabainya emang beda sendiri, pasokannya juga lagi kering," kata dia kepada Liputan6.com.
Untuk produk cabai lainnya seperti cabai rawit merah dan rawit hijau, menurutnya, harga jual di lapaknya masih stabil, alias belum naik atau turun.
"Rawit Merah standar, Rp 35 ribu-30 ribu (per kg). Rp 35 ribu yang udah dipetik batangnya, kalau yang Rp 30 ribu masih ada barangnya. Rawit merah juga biasa, Rp 25 ribu (per kg)," papar dia.
Sementara itu, Uus (50), pedagang sayur di pasar yang sama juga mengungkapkan, cabai merah keriting di lapak dagangannya kini dijual naik jadi Rp 45 ribu per kg.
"Cabai merah keriting naik Rp 5.000 per kg. Tadinya Rp 40 ribu, jadi Rp 45 ribu. Lagi kosong (pasokannya), udah 10 harian," jelas dia.
Tak hanya cabai merah keriting, cabai rawit merah dan rawit hijau yang ia jual pun harganya terus melonjak. "Rawit merah naik, dari Rp 25 ribu per kg jadi Rp 35 ribu per kg. Udah seminggu. Rawit hijau juga, (sekarang) Rp 35 ribu per kg, tadinya Rp 30 ribu per kg," dia menambahkan.
Kenaikan harga produk cabai ini ternyata tidak diikuti oleh komoditas sayuran lain seperti bawang. Harga bawang merah di tempat Surati stabil Rp 25 ribu per kg, begitu pula yang dijual Uus.
Adapun harga bawang putih bulat yang dijual Surati dan Uus juga masih tetap Rp 25 ribu per kg, dan bawang putih cutting Rp 30 ribu.
Pakai Aplikasi, Panen Cabai Petani Naik 20 Persen
Kemajuan teknologi kini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di perkotaan. Melalui aplikasi Sistem Informasi Pertanian Indonesia (SIPINDO), para petani hortikultura di wilayah pedesaan juga bisa merasakan manfaat teknologi dalam pengelolaan lahan pertaniannya.
Ketua Yayasan Bina Tani Sejahtera, Edwin Saragih mengatakan, dengan memanfaatkan aplikasi, SIPINDO, para petani mampu meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya produksinya. Ini telah dirasakan oleh para petani cabai, tomat dan timun di wilayah Jawa Timur.
"Dari 10 demplot (demonstration plot) di wilayah Jawa Timur, itu ada petani yang hasil panennya meningkat 5 persen, 10 persen, 20 persen. Ada yang (hasil panennya) sama tapi ada penghematan biaya di pupuk," ujar dia di kawasan Tebet, Jakarta, Jumat (12/10/2018).
Baca Juga
Dia mengatakan, peningkatan ini karena petani bisa menyiapkan secara lebih akurat kebutuhan benih dan pupuk melalui pemanfaatan aplikasi SIPINDO. Sebab, aplikasi ini menyajikan informasi yang dibutuhkan petani seperti mengetahui tingkat kesuburan tanah agar lebih hemat dalam menggunakan pupuk, serta mendapat informasi mengenai perkiraan cuaca hingga harga dan tren permintaan komoditas di pasaran.
"Ini meningkat produksinya karena pemberian pupuknya lebih berimbang. Selama ini petani kan hanya berdasarkan perkiraan, padahal lahannya butuh pupuk jenis tertentu agar memberikan hasil panennya bisa lebih besar," kata dia.
Sejak diperkenalkan pada tahun lalu, aplikasi ini telah dimanfaatkan lebih dari 14 ribu petani di berbagai wilayah. Diharapkan pada akhir 2019, aplikasi ini dapat membantu sekitar 100 ribu petani Indonesia.
"14 ribu itu masih terbilang kecil, mungkin di bawah 5 persen dari total petani, yang jumlahnya jutaan orang di seluruh Indonesia. Jadi potensinya masih sangat besar," ungkap dia.
Advertisement