Liputan6.com, Garut Akibat kemarau berkepanjangan, puluhan hektare lahan pertanian khususnya padi dan kolam ikan di wilayah Garut Utara, Jawa Barat terancam puso alias gagal panen akibat semakin menipisnya cadangan air.
"Saya terpaksa nyuci dan mandi di Sungai Cianten ini, karena ketersediaan air sumur sudah mulai surut," ujar Ai Hani (28), warga Kampung Cianten, Desa Cigawir Kecamatan Selaawi, Garut, Rabu (10/10/2018).
Menurutnya pasokan air sumur saat ini hanya mampu menutupi kebutuhan air masak dan minum, sedangkan untuk kebutuhan mencuci, mandi hingga lainnya terpaksa menggunakan air sungai yang jaraknya hingga 1 kilometer itu.
Advertisement
"Awalnya saya berspekulasi menanam padi dengan harapan segera turun hujan, sekarang malah kering kerontang," ujar Usep (41), keluhan warga lainnya yang berasal dari desa Surabaya Kecamatan Limbangan.
Baca Juga
Menurut dia, akibat kemarau yang telah berlangsung sekitar lima bulan ini, menyebabkan lahan pertanian padi miliknya yang baru berumur dua bulan mengering. "Kalau sudah mati seperti ini, paling juga hanya bisa buat pakan kambing," ujar dia memelas.
Akibat gagal panen itu, Usep mengaku mengalami kerugian hingga Rp 3 juta dari bibit dan pupuk yang telah disebar di lahan pertanian miliknya yang sudah kering terbelah itu. "Saya juga bingung saat hujan tiba, sebab modal untuk tanam sudah habis," ungkap dia.
Tidak hanya lahan pertanian padi, kekurangan pasokan air ikut menjalar lahan kolam ikan milik warga. Marfuah, (59) mengaku tiga kolam miliknya saat ini mengalami kekeringan, hingga bibit ikan yang telah ditebar pun mati.
"Ikannya masih kecil tapi sudah banyak yang mati akibat kurang air, saya bagikan saja ke tetangga," ujar dia kecewa.
Irigasi Belum Berdampak
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga mengakui, saat musim kemarau berlangsung sekitar 60 persen lahan pertanian terutama padi di wilayah Garut Utara langsung terdampak.
Meskipun fasilitas irigasi sudah disiapkan sejak lima tahun terakhir, namun minimnya debit air kiriman dari bendungan sungai Cimanuk, sebagai induk sumber air menjadi kendala untuk pengairan di wilayah itu.
"Memang kecamatan Limbangan, Cibatu, Cibiuk, Selaawi hingga Leuwigoong selalu jadi wilayah terdampak," ujar Beni.
Saat musim kemarau berlangsung, bendungan sungai Cimanuk yang berada di Copong tidak bisa memenuhi tingginya kebutuhan air, akibat minimnya pasokan dari hulu sungai Cimanuk.
"Untuk tanaman palawija lebih relatif aman, tapi untuk padi butuh banyak air," kata Beni.
Untuk itu, sebagai upaya pencegahan datangnya kerugian yang lebih besar, lembaganya tengah melakukan sosialisasi pompanisasi dari sumber mata air terdekat.
"Semoga saja segera turun hujan," ungkap Beni menutup.
Advertisement