Liputan6.com, Jakarta - Bekerja di kantor seringkali dapat menjadi aktivitas yang sangat melelahkan. Meski begitu, bahkan saat sedang cuti dan berlibur, banyak karyawan yang tetap tidak bisa lepas dari kewajiban pekerjaan. Tapi itu tidak akan pernah terjadi jika Anda bekerja di SimpliFlying, sebuah perusahaan strategi penerbangan global.
Melansir laman Business Insider, baru-baru ini perusahaan tersebut menguji coba waktu wajib berlibur bagi para karyawannya. Para karyawan di SimpliFlying diwajibkan mengambil cuti satu pekan setiap tujuh pekan kerja.
Lebih mengejutkan dari itu, jika karyawan tetap mengurus sedikitpun hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, dia akan mendapat potongan gaji. Terhitung sepekan selama cutinya, ia tidak akan mendapat bayaran.
Advertisement
Baca Juga
Perusahaan tersebut melarang keras karyawannya untuk sekadar membaca email yang berhubungan dengan pekerjaan, apalagi membalasnya. Hasil uji coba tersebut juga dipaparkan dalam artikel Harvard Business Review oleh Direktur Institute for Global Happiness, Neil Pasricha dan CEO SimpliFlying Shashank Nigam.
Setelah 12 pekan eksperimen tersebut berjalan Pasricha dan Nigam menemukan adanya peningkatan produktivitas, kreativitas dan kebahagiaan pegawai di SimpliFlying.
Sebagai hasilnya, tingkat kreativitas meningkat sebesar 33 persen, kebahagiaan meningkat 25 persen dan produktivitas meningkat sekitar 13 persen dibandingkan sebelum eksperimen tersebut diterapkan.
Sejauh ini, SimpliFlying bukan satu-satunya perusahaan yang menerapkan kebijakan tersebut. Kebijakan yang memudahkan karyawan untuk benar berlibur dan menyegarkan pikiran.
Sebelumnya, CEO Steelhouse, perusahaan pemasaran dan periklanan, memberikan karyawan USD 2 ribu setiap tahunnya untuk berlibur. Perusahaan tersebut juga memberikan (satu kali) libur tiga hari akhir pekan dalam sebulan.
Namun begitu, tidak semua karyawan senang mendapatkan hari libur yang banyak dalam sebulan. Sebagian besar karyawan justru merasa khawatir jika mengambil seluruh cuti tersebut.
Mereka mencemaskan banyaknya pekerjaan yang menanti setelah mereka cuti. Di SimpliFlying, para pegawai bahkan mengeluhkan hari libur yang terlalu sering yakni satu pekan dari setiap tujuh pekan kerja.