BUMN Bangun 1.500 Hunian Sementara di NTB

Keberadaan huntara ini, merupakan hasil kerja sinergi BUMN untuk mewujudkan tempat tinggal semi permanen yang ramah gempa bagi para korban bencana.

oleh Nurmayanti diperbarui 23 Okt 2018, 21:14 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2018, 21:14 WIB
Sebanyak 1.500 unit hunian sementara (Huntara) kini telah berdiri di 18 lokasi terdampak gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB). Dok Kementerian BUMN
Sebanyak 1.500 unit hunian sementara (Huntara) kini telah berdiri di 18 lokasi terdampak gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB). Dok Kementerian BUMN

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 1.500 unit hunian sementara (Huntara) kini telah berdiri di 18 lokasi terdampak gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB). Huntara ini mampu menampung setidaknya 1.500 keluarga korban bencana.

Keberadaan huntara ini, merupakan hasil kerja sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mewujudkan tempat tinggal semi permanen yang ramah gempa bagi para korban bencana di beberapa daerah di Nusa Tenggara Barat.  

Salah satu lokasi dengan jumlah Huntara terbanyak adalah Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yaitu sebanyak 200 unit Huntara dan Desa Sajang sebanyak 127 unit Huntara.

Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Catur Budi Harto mengatakan, Huntara yang telah dibangun oleh beberapa BUMN telah mencapai 1.500 unit di seluruh NTB yang terdampak bencana gempa. Sebanyak 700 unit diantaranya dibangun di Kecamatan Sembalun.

BNI menjadi koordinator pembangunan ke-700 unit Huntara di Sembalun tersebut, sebagai kolaborasi dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Adapun untuk proses konstruksinya berkolaborasi dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Hunian ini juga langsung mendapatkan penerangan dengan teralirkannya listrik oleh PLN.

"Ini merupakan hasil kerja bersama BUMN dimana sekitar 1.500 Huntara sudah selesai kami bangun," ujar Catur, Selasa (23/10/2018).

Turut hadir pula pada kesempatan ini Direktur Manajemen Risiko BNI Bob Tyasika Ananta.

Tak hanya di Desa Sembalun Bumbung, 700 Huntara yang dibangun juga tersebar di 5 desa sekitar, yaitu Desa Sembalun Timbal Gading, Desa Sembalun, Desa Sajang, Desa Sembalun Lawang, dan Desa Bilok Petung. "Ini tergolong hunian ramah gempa," ujar Catur.

Sejak awal masa pemulihan, BUMN bergerak cepat memulihkan berbagai macam layanan untuk masyarakat terdampak gempa.

Seperti layanan telekomunikasi, energi, perbankan, kelistrikan, bantuan logistik, pelayaran, penerbangan hingga kesehatan.

Pada saat bencana baru saja melanda NTB, berbagai BUMN sempat juga sempat menyalurkan tenda-tenda darurat sebagai hunian sangat sementara sebelum unit-unit Huntara berdiri.

BNI mengirimkan tenda ukuran 4 x 6 meter dan tenda peleton berukuran 14 x 6 meter di Sembalun.

BNI juga menyediakan 2 unit Dapur Umum, membangun 3 unit Sekolah Darurat, dan mengirimkan 50 relawan. Sebanyak 10.000 selimut dan ratusan jaket pun terkirim sejak masa tanggap darurat dimulai.

 

Sebanyak 1.500 unit hunian sementara (Huntara) kini telah berdiri di 18 lokasi terdampak gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB). Dok Kementerian BUMN
Sebanyak 1.500 unit hunian sementara (Huntara) kini telah berdiri di 18 lokasi terdampak gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB). Dok Kementerian BUMN

Pada kesempatan berbeda, Staf Khusus III Menteri BUMN, Wianda Pusponegoro menambahkan, selain dibangun di enam Desa di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Huntara juga dibangun di Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat.

Dimana telah terbangun sebanyak 271 unit yang dibangun berkat sinergi antara Bank Mandiri dan Hutama Karya.

Adapun Desa Terangan, Pemenang, Lombok Utara yang telah terbangun sebanyak 207 unit Pertamina dan Adhi Karya. Serta Desa Gentur Macan, Gunung Sari, Lombok Barat yang telah terbangun sebanyak 300 unit RRG. Sinergi antara BRI dan PT Pembangunan Perumahan (PTPP).

"Hunian sementara ini diharapkan dapat menjadi tempat tinggal yang layak untuk para korban selama menjalani masa transisi pasca bencana," ungkap Wianda.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya