Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) menanggung kerugian Rp 18,48 triliun hingga kuartal III 2018 dari periode sama tahun sebelumnya untuk Rp 30,4 triliun.
Hal itu bersumber dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sehingga membuat beban operasional perusahaan tersebut membengkak.
Dikutip dari laporan keuangan yang dipublikasikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Selasa (30/10/ 2018).
Advertisement
Hingga kuartal III 2018, PLN menanggung selisih kurs cukup besar, akibatnya perusahaan tersebut rugi Rp 17,32 triliun. Kerugian kurs tersebut lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,22 triliun.
Baca Juga
‎Dalam laporan keuangan tersebut menyebutkan, total pendapatan perseroan sebesar Rp 200,91 triliun atau naik 6,9 persen hingga September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 187,88 triliun. Â
Pendapatan PLN pada kuartal III-2018, terdiri dari penjualan tenaga listrik sebesar Rp 194,40 triliun naik 6,47 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu Rp 181,81 triliun , serta berasal dari penyambungan daya listrik sebesar Rp 5,21 triliun yang naik 4,2 persen dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu.
Beban PLN terbesar bersumber dari bahan bakar dan pelumas, ‎sebesar Rp 101,87 triliun atau naik 16,28 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 85,27 triliun.
Beban berikutnya adalah pembelian tenaga listrik dari pembangkit yang dikelola swasta (Independent Power Producer/IPP) sebesar Rp 60,61 triliun hingga September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 53,54 triliun. Selanjutnya kenaikan diikuti beban penyusutan sebesar Rp 22,78 triliun, dan beban pemeliharaan Rp 15,01 triliun.
Sedangkan beban kepegawaian turun 6,81 persen menjadi Rp 14,74 triliun hingga September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 15,82 triliun.
Adapun subsidi listrik pemerintah tercatat Rp 39,77 triliun hingga September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 36,19 triliun. Kemudian beban keuangan naik menjadi Rp 16,18 triliun dari periode hingga September 2018 sebesar Rp 14,80 triliun. Akan tetapi, PLN mampu catatkan penghasilan lain-lain sebesar Rp 8,52 triliun hingga September 2018 dari rugi Rp 1,31 triliun.
Total liabilitas PLN tercatat Rp 543,42 triliun pada 30 September 2018 dari periode 31 Desember 2017 sebesar Rp 465,54 triliun. Ekuitas PLN tercatat Rp 842,99 triliun pada 30 September 2018. Total aset dan liabilitas mencapai Rp 1.386,41 triliun pada 30 September 2018.
Â
Â
PLN Perkirakan Gagal Raup Laba Tahun Ini, Kenapa?
Sebelumnya, PTÂ PLNÂ (Persero) memperkirakan gagal mengantongi laba bersih sampai akhir tahun ini akibat beban kurs yang semakin berat atas pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto mengatakan, melemahnya rupiah yang sempat menyentuh level Rp 1‎5.200 per USD, membuat laba bersih PLN semakin tergerus. Sebab beban usaha menggunakan dolar AS sedangkan pendapatannya dalam rupiah.
"Nilai kurs kan RP 15.200 per USD ikut naik (beban usaha). Tapi kalau berubah lagi, ya pembukuan turun lagi, jadi ini soal pembukuan saja," ‎ kata Sarwono di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 23 Oktober 2018.
Menurut Sarwono, PLN hanya akan mencatat laba di sisi operasional, sedangkan pada sisi lain perusahaan listrik pelat merah tersebut mengalami kerugian.
"Jadi semuanya ini soal rugi, lihat neracanya. Rugi operasi atau rugi kurs. Kita yang penting untung," tutur Sarwono.
Namun ketika ditanyakan angka kerugian dan untung operasional yang ditanggung PLN, Sarwono belum bisa menyebutkan, sebab angkanya akan terus mengalami perubahan.
"Aku bukan ahli nujum. Ini angka berubah terus. Operasionalnya doakan untung. tarif bagus tapi kita untung (operasional)," ujarnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement