Harga Emas Berkilau di Tengah Pelemahan Dolar AS

Harga emas melintasi rata-rata pergerakan 200 hari di kisaran USD 1.252 per ounce sebelum pernyataan the Fed pada hari Rabu.

oleh Nurmayanti diperbarui 21 Des 2018, 06:44 WIB
Diterbitkan 21 Des 2018, 06:44 WIB
Ilustrasi Harga Emas Naik 1
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, New York - Harga emas dunia beringsut lebih tinggi setelah Federal Reserve (The Fed) menyampaikan pandangan yang kurang dovish terkait rencana pengetatan moneter di luar prediksi banyak orang.

Melansir laman Reuters, harga emas di pasar spot naik 0,5 persen menjadi USD 1.249,46 per ounce, setelah menurun sejak 27 November dari sesi sebelumnya.

Harga emas melintasi rata-rata pergerakan 200 hari di kisaran USD 1.252 per ounce sebelum pernyataan the Fed pada hari Rabu.

Adapun harga emas berjangka AS turun 0,3 persen menjadi USD 1,252.80 per ounce.

"Ada beberapa dukungan membeli emas aman untuk hari ini," kata Renisha Chainani, Kepala Komoditas dan Penelitian Mata Uang di Monarch Networth Capital.

Dalam keputusannya, Bank Sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu. The Fed  tetap berkomitmen untuk dari rencananya untuk mengetatkan kebijakan moneter, meskipun meningkatnya ketidakpastian tentang pertumbuhan ekonomi global.

"Secara keseluruhan ada sentimen risk-off di pasar," Chainani melanjutkan.

Dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama juga turun 0,5 persen.

Sementara Pasar Saham Asia turun karena pernyataan Fed memupus harapan investor untuk adanya kebijakan yang lebih dovish.

Investor berbondong-bondong beralih ke obligasi pemerintah, alhasil obligasi acuan AS jatuh ke posisi terendah lebih dari delapan bulan pada hari Rabu.

"Pengumuman kenaikan suku bunga telah memberikan tekanan pada emas. Ada beberapa dukungan di posisi USD 1.230- USD 1.235," kata seorang pedagang yang berbasis di Hong Kong, menambahkan bahwa dalam jangka pendek, indeks dolar akan menjadi" proxy yang baik "untuk apa yang akan dilakukan emas.

Emas sangat sensitif terhadap suku bunga yang lebih tinggi karena ini meningkatkan dolar, membuat emas lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

"Emas tampaknya rentan untuk sisa tahun ini, meskipun tidak adanya hal segar yang mendorong narasi prospek Fed kemungkinan akan terus cenderung moderat," kata Ilya Spivak, Ahli Strategi Mata Uang untuk DailyFX.

Adapun harga paladium naik 0,2 persen menjadi USD 1.262,00 per ounce. Harga Perak naik 0,3 persen menjadi USD 14,64 per ounce, sementara platinum naik 0,4 persen menjadi USD 789,00 per ounce.

Gejolak Harga Emas Usai Keputusan The Fed

Ilustrasi Harga Emas Naik (4)
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Harga emas menguat dan bertahan di level tertingginya sejak Juli. Namun, harga emas melemah usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga seperti yang diperkirakan.

The Federal Reserve menaikkan suku bunga 0,25 persen menjadi 2,25 persen-2,50 persen. Bank sentral AS atau the Federal Reserve memberikan sinyal kenaikan suku bunga hanya dua kali pada 2019 dari target semula sebanyak tiga kali. Kemudian menaikkan suku bunga sebanyak satu kali pada 2020.

“Reaksi awal pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga sedikit negatif, tapi saya pikir kita mengaitkannnya dengan berita,” tutur Brien Lundin, Editor Gold Newsletter, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (20/12/2018).

Jelang pertemuan the Fed, harga emas untuk pengiriman Februari naik 0,2 persen atau USD 2,8 menjadi USD 1.256,40 per ounce. Harga tersebut tertinggi untuk kontrak sejak 10 Juli. Sepanjang 2018, harga emas sudah menguat 2,4 persen.

Dalam perdagangan elektronik, harga emas untuk pengiriman Februari lebih rendah diperdagangkan di posisi USD 2.247 per ounce.

"Banyak investor telah membeli emas sebelum keputusan the Fed sebagai aset lindung nilai jika mereka dikejutkan dengan harga stabil. Selain itu pernyataan the Fed juga tidak sepenuhnya menyenangkan spekulan,” kata Lundin.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya