Dolar AS Mampu Taklukan Harga Emas di 2018

Harga emas anjlok karena pelaku pasar lebih memilih untuk menyimpan dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Jan 2019, 08:30 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2019, 08:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas harus mengalami penurunan tahunan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Penurunaan harga emas ini lebih disebabkan karena investor berbondong-bondong mengoleksi dolar AS.

Mengutip Reuters, Selasa (1/1/2019), harga emas anjlok karena pelaku pasar lebih memilih untuk menyimpan dolar AS di saat ada ketegangan geopolitik dan perang dagang.

Sementara kebalikannya, logam mulia lainnya yaitu paladium justru mencatatkan kenaikan untuk tahun ketiga didorong oleh permitaan investor yang kuat ditambah dengan defisit yang berkelanjutkan.

Harga emas di pasar spot berada di angka USD 1.279,41 per ounce pada Senin waktu New York. Angka tersebut berada di jalur untuk mengakhiri 2018 dengan turun hampir 1,8 persen.

Sedangkan untuk kontrak berjangka emas paling aktif turun 4,2 persen pada USD 1.281,30 per ounce.

Sebaliknya, paladium naik hampir 19 persen sepanjang tahun ini, karena defisit global mendorong harga logam tersebut di atas harga emas dalam waktu singkat dalam 16 tahun terakhir.

Sementara itu untuk platinum mengalami penurunan harga kurang lebih 14 persen dalam satu tahun.

Platinum banyak digunakan pada kendaraan diesel yang tidak disukai sejak skandal pelepasan emisi Volkswagen pecah pada tahun 2015. Harga platinum jatuh di bawah paladium dalam satu tahun terakhir ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Emas Sentuh Level Tertinggi dalam Enam Bulan

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Pada pekan lalu, harga emas naik menyambut akhir pekan ini usai alami perdagangan yang bervariasi. Hal itu didorong bursa saham yang bergejolak dan dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan.

"Investor menimbang banyak risiko menuju tahun baru. Memang ada daftar kekhawatiran yang luas antara lain Trump marahi the Federal Reserve, perang dagang, China perlambat pertumbuhan, Brexit dan perlambatan Uni Eropa,” ujar Stephen Innes, Analis OANDA, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (29/12/2018). 

Ia menambahkan, ketika pelaku pasar mempertimbangkan kemungkinan penurunan ekonomi pada 2019, hal itu dapat menjadi kondisi yang memburuk. Namun, harga emas akan tetap memikat.

Adapun harga emas untuk pengiriman Februari di Comex naik USD 1,9 atau 0,1 persen ke posisi USD 1.283 per ounce. Hasil akhir kontrak yang lebih tinggi dan menunjukkan kenaikan tertinggi sejak minggu ketiga Juni. Selama sepekan, harga emas naik 1,8 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya