Liputan6.com, Hong Kong - Meskipun saat ini perekonomian China sedang bergejolak, tapi hal ini tidak menyurutkan hotel-hotel, maskapai dan agen perjalanan di Asia untuk berharap peningkatan kedatangan para wisatawan dari China selama merayakan Tahun Baru atau Imlek.
Nampaknya harapan ini tidak akan menjadi sebuah harapan belaka saja. Dilansir pada laman Asian Nikkei, Jepang dan Thailand yang menjadi dua negara terfavorit wisatawan Tiongkok. Para agen travel di Jepang dan Thailand menyatakan, pemesanan paket wisata meningkat pada tahun ini untuk merayakan Imlek yang juga menjadi ajang migrasi terbesar di dunia.
Tidak hanya itu saja, Ctrip yang merupakan sebuah platform online perjalanan terbesar China mengatakan, meskipun ekonomi China melemah tidak mengurungkan para wisatawannya untuk berlibur ke luar negeri.
Advertisement
Namun, agen perjalanan itu malah menemukan para wisatawan Tiongkok lebih memilih paket perjalanan individu yang relatif lebih mahal daripada tur kelompok yang jauh lebih murah.
Baca Juga
Meskipun saat ini China terperangkap dalam pertumbuhan yang melambat dengan utang yang melumpuhkan dan membebani perusahaan-perusahaannya. Tidak hanya itu saja, perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) juga menghantam pendapatan ekspor China.
Selain itu, pada tahun lalu, penjualan kendaraan baru untuk pertama kalinya turun sepanjang 28 tahun ini. Namun hal ini, tidak mematahkan semangat wisatawan China untuk berlibur ke luar negeri meskipun dengan harga mahal saat [Imlek](Imlek "").
Ctrip menambahkan, pada 2019, lebih dari 400 juta orang China diperkirakan berlibur ke luar negeri. Jumlah ini meningkat daripada tahun lalu yang mencapai 386 juta.
Lebih Pilih Tur Grup Pribadi
Di antara para wisatawan China yang melakukan perjalanan melalui Ctrip, 48 persen memilih tur non-grup, seperti perjalanan individu khusus atau tur grup pribadi yang berisikan dua orang saja.
Ini meningkat pada 2019, karena banyak yang menganggap tur ini akan membuat perjalanan para wisatawan lebih personal.
"Biaya tur grup pribadi umumnya lebih tinggi 23 persen daripada tur grup reguler," kata Xiao Yinyuan, kepala bisnis wisata outbound Ctrip.
Tidak hanya itu saja di kelas premium, pemesanan di Ctrip meningkat dua kali lipat dibanding pada liburan imlek tahun lalu.
Ini membuat Ctrip menambahkan jumlah konsultan untuk para wisatawan menjadi lebih dari 5.000 untuk memenuhi permintaan yang meningkat untuk perencanaan tur yang lebih fleksibel, tapi ternyata itu masih belum cukup untuk menangani jumlah wisatawan yang begitu membludak.
Ctrip menambahkan, pelancong yang keluar dari Tiongkok telah memesan tiket perjalanan untuk lebih di 96 negara dan wilayah, dengan jangkauan terjauh yaitu Antartika.
Thailand tetap menjadi tujuan terfavorit bagi para wisatawn China pada 2019. Kemudian kedua diikuti oleh Jepang. Meskipun perang dagang dengan Amerika Serikat masih berlangsung tapi Amerika Utara juga masih menjadi tujuan wisata yang paling banyak dipesan oleh masyarakat.
Advertisement
Biaya yang Dihabiskan Turis China
"Sekitar 1,2 juta turis Tiongkok diperkirakan akan datang selama perayaan Tahun Baru China, angka ini naik hampir 10 persen dari periode tahun lalu," kata Chairat Trirattanajarasporn, Presiden Dewan Pariwisata Thailand (TCT).
Chairat pun menambahkan, sekitar 90 persen hotel di Bangkok dan kota-kota besar lainnya telah dipesan sebelum Tahun Baru.
Chairat memperkirakan, rata-rata durasi perjalanan sekitar lima hari hingga tujuh hari perjalanan. Ini kemungkinan sama tahun lalu.
“Namun, pengeluaran cenderung meningkat dan kami mencoba menarik mereka untuk habiskan lebih banyak uang selama perjalanan mereka ke Thailand,” kata Chairat.
Saat ini, turis China habiskan sekitar 50.000 baht per orang dalam satu perjalanan. Jumlah ini meningkat dari sekitar 40.000 baht. Akan tetapi, TCT memperkirakan pengeluaran meningkat hingga mencapai 53.000 baht per orang dalam satu perjalanan pada 2019.
TCT berharap, beberapa acara dan perayaan yang direncanakan khusus di Bangkok dan kota besar lainnya akan mendorong wisatawan China habiskan lebih banyak uang.
Administrasi Penerbangan Sipil China juga memperkirakan kenaikan yang begitu tajam pada penjualan tiket pesawat. Terhitung sejak 21 Januari hingga 1 Maret 2019, perjalanan domestik dan internasional sudah naik 12 persen.
Salah satu maskapai terbesar China, China Southern Airlines, berharap dapat mengangkut lebih dari 12 juta penumpang untuk periode tersebut. Dan berharap jumlahnya naik 4 persen dari 2018.
Perusahaan ini meningkatkan jumlah penerbangan hampir 5.300. 500 di antaranya untuk rute internasional. Salah satunya penerbangan antara Guangzhou, Shenzhen dan Asia Tenggara. Perseroan juga meningkatkan beberapa pesawat kecil menjadi twin-wide-body untuk membawa lebih banyak penumpang.
Agen perjalanan Jepang JTB mengatakan, pemesanan untuk Tahun Baru China dari China daratan, Taiwan dan Hong Kong telah melonjak 14 persen pada tahun lalu.
"Turis dari China sekarang cenderung pergi ke tempat tujuan lokal,” kata juru bicara perusahaan.
Saksikan video pilihan di bawah ini: