Liputan6.com, Jakarta - Badan Wakaf Indonesia (BWI) mendorong seluruh lapisan masyarakat agar mewakafkan sebagian hartanya melalui kantong-kantong atau badan wakaf yang tersebar di Indonesia.
Ini dilakukan agar potensi wakaf dapat berkontribusi dalam menguatkan perekonomian. "Apa amalan yang kita lakukan paling dahsyat yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat? yaitu sedekahkan, atau wakafkan diri kita untuk dunia perwakafan," kata Ketua BWI, Mohammad Nuh dalam sambutannya pada saat acara Indonesia Wakaf Summit 2019, di Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Nuh mengatakan, urusan perwakafan bukan sekadar hal yang dianggap remeh, akan tetapi memiliki potensi yang luar biasa bagi perekonomian umat. Di samping itu, wakaf juga memiliki peran dalam meningkatkan sistem dakwah serta menjaga harkat martabat umat.
Advertisement
"Lebih dari itu urusan perwakafan bukan sekadar biasa tetapi juga luar biasa," ujar dia.
Baca Juga
Sekadar informasi, berdasarkan catatan BWI potensi aset wakaf per tahun mencapai Rp 2.000 triliun dengan luas tanah wakaf mencapai 420 ribu hektar (Ha).
Sedangkan potensi wakaf uang bisa menembus kisaran Rp 188 triliun per tahun. Sedangkan yang sudah bersertifkat sebanyak 163 bidang tanah pada 2018.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Dorong Generasi Milenial Bayar Wakaf
Badan Wakaf Indonesia (BWI) terus berkomitmen mengoptimalkan potensi wakaf agar dapat berkontribusi dalam menguatkan ekonomi.
Komitmen ini juga dilakukan sejalan sebagai upaya untuk memperbesar dunia perwakafan di Tanah Air. Ketua BWI, Mohammad Nuh membeberkan, ada beberapa isu strategis dalam upaya memperbesar dunia perwakafan Indonesia.
Salah satunya adalah isu mengenai wakif atau orang yang mewakafkan sebagian hartanya.
"Kalau ditanya apa yang harus dilakukan memperbesarkan dunia perwakafan? Pertama adalah bagaimana caranya memperbanyak wakif," kata Nuh dalam sambutannya pada saat acara Indonesia Wakaf Summit 2019, di Jakarta, Selasa 5 Maret 2019.
Nuh mengatakan, upaya pihaknya untuk memperbanyak wakaf adalah dengan menggaet seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini, tidak hanya orang tua saja, melainkan generasi milenial pun turut menjadi sasaran.
"Mulai dari senior sampai milenial itu yang sampai sekarang kita harus dorong anak 15 tahun. Oleh karena itu kita ingin perbanyak wakif melalui literasi sehingga nanti dia (milenial) akan menjadi wakif," imbuh Nuh.
Mantan Menteri Pendidikan dan Budaya ini melanjutkan, isu kedua yakni mengenai pengelolaan harta wakaf itu sendiri. Menurut dia, pola pikir masyarakat tentang wakaf saat ini perlu dibenahi. Sebab, sebagian masyarakat masih beranggapan wakaf itu hanya berkaitan dengan masalah tanah.
"Kalau dulu wakaf sebatas urusan tanah maka Alhamdulillah pemikiran dari pendahulu kita harta wakaf smakin luas. Mulia dari tanah, royalti, apa saja sudah semakin berkembang dan memudahkan orang memberikan wakafnya," ujar dia.
Kemudian upaya terakhir dalam mengembangkan perwakafan yakni menciptakan nilai tambah dari wakaf itu sendiri.
"Nilai wakaf adalah nilai tambah, oleh karena itu ciri yang paling gampang bagi umat memasuki prradaban modern adalah wakafnya maju apa tidak, kalau tidak maju berarti belum. Tapi kalau perwakafan sudah modern maka di situ suatu kemajuan peradaban," pungkasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement