Bonus Demografi Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi RI

Indonesia masih memiliki tantangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi

oleh Septian Deny diperbarui 26 Mar 2019, 13:15 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2019, 13:15 WIB
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Indonesia dinilai mampu tumbuh lebih tinggi ke depannya. Salah satu pendorong adalah bonus demografi yang dimiliki Indonesia pada 2020. Dalam 4 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami peningkatan. 

‎"Pertumbuhan ekonomi kita ke depan sangat berpotensi tumbuh lebih tinggi karena ada bonus demografi. Ini kesempatan kita. Optimiskah kita? Kita cukup optimis, karena 2018 kita heboh untuk kegiatan politik. Pertumbuhan ekonomi kita di 2018 lebih baik dari 2017. Provinsi-provinsi utama juga tumbuh lebih baik. Ini salah satu optimisme kami, bisa kita optimalkan," ujar dia dalam acara 100 Ekonomi Perempuan Indonesia di Jakarta, Selasa (26/3/2019).

‎Namun demikian, lanjut dia, Indonesia masih memiliki tantangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi ini. Salah satunya kondisi global yang masih penuh dengan ketidakpastian.

"Ketidakpastian global akan berkepanjangan. Dengan melihat di 2018 kita tumbuh cukup bagus, maka kita yakin semua tantangan, harga komoditas melemah, pertumbuhan ekonomi negara-negara lain melemah. Memerlukan upaya kita semua untuk mencari terobosan-terobosan agar pertumbuhan ekonomi lebih tinggi bisa terealisasi," kata dia.

Menurut Hendri, yang perlu dilakukan pemerintah ke depannya yaitu memaksimalkan mesin-mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Antara lain yaitu sektor jasa dan industri guna menyerap tenaga kerja dan meningkatkan ekspor nonmigas.

"Apa yang harus dilakukan? Apa tantangan kita? Kita harus dorong sektor lain, selama ini share jasa makin tinggi, perdagangan. Kita perlu kaji apa ada sektor lain yang belum dioptimalkan. ‎Manufacturing industry, memang cukup baik tapi dibanding negara lain masih rendah. Ini tantangan kita untuk dorong sektor manufaktur," tandas dia.

100 Ekonom Perempuan Nilai Struktur Ekonomi RI Perlu Diubah

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam empat tahun terakhir berada di atas 5 persen. Angka pertumbuhan ini dinilai cukup baik. Meski demikian, 100 ekonom perempuan menilai Indonesia masih membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dibutuhkan perubahan struktur ekonomi yang terkait dengan peran infrastruktur industri dan pendalaman sektor keuangan.

Ekonom senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan, kualitas pertumbuhan ekonomi harus diiringi indikator dari aspek sosial ekonomi, misalnya tingkat kemiskinan, jumlah pengangguran, hingga rasio gini yang menurun.

Indikator lain yang juga menentukan kualitas pertumbuhan ekonomi adalah perubahan struktur ekonomi yang berkaitan erat dengan peran sektor industri sebagai motor penggerak perekonomian.

"Intinya pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mampu mengoptimalkan semua potensi sektoral untuk menjadikan Indonesia segala produsen, yang didukung oleh potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat dan memanfaatkan teknologi untuk mendorong semua potensi yang dimiliki," ujarnya di Century Park, Jakarta, Selasa (26/3/2019).

Hal senada dikatakan Ekonom Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Widyasanti mengatakan, perubahan struktur ekonomi harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Apabila ada perubahan struktur ekonomi, maka tidak ada keraguan pertumbuhan ekonomi itu berkualitas. Untuk itu reformasi struktural ekonomi menjadi sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan tumbuh berkelanjutan.

"Ekonomi Indonesia tidak bisa bergantung kepada perkembangan ekonomi global, sehingga diperlukan penguatan ekonomi domestik. Caranya, dengan mereformasi struktur ekonomi, teknologi dan kualitas SDM," jelasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya