Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik ke level tertinggi dalam lima bulan pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga minyak ini karena eskpektasi merosotnya pasokan global karena adanya perang di Libya.
Selain itu, masih berjalannya program pemangkasan produksi oleh OPEC dan beberapa negara sekutu dan juga sanksi AS terhadap Iran dana venezuela juga menjadi pendorong kenaikan harga minyak.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (9/4/2019), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga internasional naik 69 sen atau 1 persen menjadi USD 71,03 per barel.
Sedangkan untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 2,1 persen ke level USD 64,40 per barel dan mencapai level tertinggi sejak 1 November.
Harga minyak memperpanjang kenaikan setelah stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma, turun sekitar 419.000 barel pada pekan lalu. Data ini dikeluarkan oleh perusahaan intelijen pasar Genscape.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Konflik Libya
Mata investor tengah tertuju pada Libya karena saat ini tengah dilanda pertempuran yang bisa mempengaruhi pasokan minyak di dunia. Negara tersebut merupakan salah satu pengekspor terbesar minyak.
Untuk diketahui, gejolak di Libya terjadi antara pasukan yang loyal kepada Jenderal Khalifa Haftar dan tentara Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA).
Jenderal Haftar, yang memimpin Tentara Nasional Libya (LNA), menyatakan perlawanan untuk mengambil alih Tripoli dari pemerintah Libya yang didukung PBB pekan lalu.
Oleh pemerintahan Perdana Menteri Fayez al-Serraj, Jenderal Haftar dituduh berusaha melakukan kudeta.
"Apa yang tengah terjadi di Libya memikat pasar sehingga mendorong kenaikan harga minyak," jelas analis Again Capital, New York, John Kilduff.
Advertisement
OPEC
Untuk menopang harga, OPEC dan sekutu seperti Rusia berjanji untuk menahan sekitar 1,2 juta barel pasokan per hari dari awal tahun ini. Kelompok itu, yang dipimpin oleh Arab Saudi, telah melampaui harapan itu sepanjang tahun ini.
"Pemotongan pasokan OPEC yang sedang berlangsung dan sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela telah menjadi pendorong utama harga sepanjang tahun ini," kata Hussein Sayed, kepala analis FXTM.
"Namun, dorongan terakhir diterima dari meningkatnya pertempuran di Libya yang mengancam gangguan pasokan lebih lanjut," tambahnya.