Harga Emas Naik Tipis karena Investor Menjauh dari Aset Berisiko

Ancaman tarif yang dilontarkan oleh Trump membebani pasar ekuitas di seluruh dunia, pada gilirannya mendukung harga emas.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Mei 2019, 06:46 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2019, 06:46 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - p Harga emas naik pada perdagangan Selasa karena investor mulai menghindari aset-aset yang berisiko tinggi. Langkah yang dilakukan oleh para investor ini dimulai usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor barang dari China.

Mengutip CNBC, Rabu (8/5/2019), harga emas di pasar spot naik 0,1 persen menjaadi USD 1.281,04 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik USD 1,80 menjadi USD 1.285,60 per ounce.

"Komentar Donald Trump di akhir pekan dan reaksi yang dikeluarkan oleh pejabat China telah mengirimkan gelombang kejutan. Ekuitas Eropa lebih jauh turun dan ini adalah situasi di mana emas dipandang sebagai safe haven," kata analis Riset Kuantitatif Komoditas Peter Fertig.

"Ketidakpastian di pasar sejak kemarin telah mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi." lanjut dia.

Pada Jumat lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa tarif barang-barang daari China senilai USD 200 miliar akan meningkat menjadi 25 persen dari 10 persen. Hal ini membalikkan keputusan yang dibuatnya pada bulan Februari untuk mempertahankannya pada 10 persen.

Ancaman tarif yang dilontarkan oleh Trump membebani pasar ekuitas di seluruh dunia, pada gilirannya mendukung harga emas, yang digunakan oleh investor untuk melakukan lindung nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi dan politik.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sentimen Tambahan

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Menambah sentimen, penasihat keamanan nasional Donald Trump yaitu John Bolton pada hari Minggu mengatakan bahwa Amerika Serikat mengerahkan kapal induk dan satuan tugas pembom ke Timur Tengah untuk mengirim pesan yang jelas ke Iran.

"Beberapa juga berfokus pada ketegangan di Timur Tengah dan dua katalis sudah cukup untuk menahan harga tetapi ada keengganan umum untuk mendorong harga lebih tinggi di atas USD 1.285 per ounce," jelas Stephen Innes, kepala analis SPI Asset Management.

Sebuah faksi pasar masih mengharapkan Amerika Serikat dan China untuk menemukan landasan bersama dan percaya bahwa ancaman tarif Trump kemungkinan akan menjadi taktik negosiasi.

Kementerian perdagangan China mengkonfirmasi pada hari Selasa bahwa Wakil Perdana Menteri Liu He akan mengunjungi Amerika Serikat pada 9-10 Mei untuk pembicaraan perdagangan bilateral atas undangan pejabat senior AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya