Harga Minyak Menguat Usai Persediaan AS Turun

Harga minyak berjangka naik satu persen didorong penurunan mengejutkan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS).

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Mei 2019, 06:15 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2019, 06:15 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak berjangka naik satu persen didorong penurunan mengejutkan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS).

Akan tetapi, meningkatnya ketegangan negosiasi dagang AS-China membatasi kenaikan harga minyak karena investor khawatir tentang prospek global untuk permintaan energi.

Harga minyak berjangka Brent naik 49 sen atau 0,7 persen ke posisi USD 70,37 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 72 sen atau 1,2 persen ke posisi USD 62,12.

Stok minyak mentah AS turun 4 juta barel pada pekan lalu, berdasarkan data the Energy Information Administration (EIA). Angka ini lebih rendah dari prediksi analis sekitar 1,2 juta barel.

"Data minyak mentah menghilangkan pertimbangan penurunan dalam pandangan kami mengenai fase likuidasi WTI yang berat dalam beberapa minggu terakhir," tutur Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (9/5/2019).

Sepanjang tahun berjalan 2019, harga telah naik lebih dari 30 persen karena prospek pasokan global makin ketat karena sanksi AS terhadap eksportir minyak mentah Iran dan Venezuela. Selain itu, pengurangan pasokan oleh OPEC, Rusia dan sekutunya.

Menurut sumber diplomat senior AS, AS tidak akan memberikan keringanan lagi kepada negara manapun yang akan mengizinkan mereka membeli minyak Iran tanpa hadapi sanksi AS.

AS juga mengancam akan menjatuhkan lebih banyak sanksi terhadap Iran dan memperingatkan Eropa agar tidak lagi melakukan bisnis dengan Teheran.

Harga minyak telah merosot pada pekan ini seiring ketegangan antara AS dan China. AS akan menaikkan tarif menjadi 25 persen dari 10 persen untuk barang impor China senilai USD 200 miliar.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Impor Minyak Mentah

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Namun, Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders menuturkan, AS telah menerima indikasi dari China kalau Beijing ingin membuat kesepakatan perdagangan. Wakil Perdana Menteri China Liu He akan melakukan perjalanan ke Washington untuk pembicaraan perdagangan selama dua hari ini.

"Pasar takut ekonomi global terkena dampak jika AS memasuki perang dagang, itu akan kurangi permintaan minyal. Jadi pelaku pasar khawatir karena itu," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group.

Impor minyak mentah pada April mencapai rekor mencapai 10,6 juta barel per hari. China merupakan importir minyak terbesar di dunia.

Arab Saudi diperkirakan mempertahankan ekspor minyak mentahnya di bawah 7 juta barel per hari pada Juni.Sementara itu, produksi akan tetap di bawah kuota produksinya di bawah kesepakatan global untuk mengurangi pasokan.

Menteri energi Azerbaijan menuturkan telah menerima jaminan dari Arab Saudi, secara de facto, Arab Saudi tidak akan mengambil keputusan sepihak mengenai kesepakatan minyak global hingga pertemuan OPEC pada Juni.

Goldman Sachs memperkirakan, kurangnya kejelasan fundamental minyak akan membuat volatilitas harga minyak Brent tetap tinggi dalam beberapa bulan ke depan. Diperkirakan harga minyak di kisaran USD 70-USD 75 per barel.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya